Pages

yang berminat dimanapun anda berada silahkan hubungin kami langusung.ini dengan bahan asli Internatioanl.... hub: hp :+20162217687..YAHOO: csejati08@yahoo.com

Mengapa Air dan Tanah Alat Utama untuk Bersuci ?

Ketahuilah ! Terdapat dua jalan bagi Manusia untuk sampai ke tujuan yang tinggi dari metoda mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci yaitu Allah SWT. Satu diantaranya ialah mempunyai kedudukan yang lengkap dan mendasar. Yaitu dengan mensucikan urusan Tubuh Zahiriah seseorang dengan Air atau Tanah. Rahmat Allah mengiringi kedua materi tersebut, sehingga mereka sanggup suci lagi mensucikan bagi yang lain. Ini semua, hanya untuk kepentingan Manusia, yang telah dinobatkan menjadi Khalifah Allah dimuka Bumi.
Dan kedua ialah Rahmat Allah mengiringi setiap maujud sampai kepada kesempurnaan yang sesuai dengan Qudrat dan Iradah Allah, salah satu bagian dari Rahmat dan Rahim-Nya adalah mengutus para Nabi dan Rasul-Nya kepada Manusia. Mereka-mereka adalah merupakan penunjuk jalan dan pembimbing orang-orang yang masih ketinggalan dalam perjalanan menuju ke liang Lahat. Sehingga sewaktu sampai ke haribaan Tuhan, manusia-manusia itu sudah dalam keadaan suci bersih dari Noda dan Dosa.
Menurut para Ahli Ma’rifah dan pemilik Qolbu, alam nyata ini merupakan gambaran dari Rahmat Allah Jalla Wa’azza. Semua makhluq senantiasa tenggelam dalam Samudra Rahmat Allah SWT. Namun … mereka tidak mengambil faedah.
Kitabullah Al-Qur-aan yang agung sengaja diturunkan dari Alam gaib Ilaahiyyah. Dengan maksud agar Manusia yang belakangan, mengambil faedah darinya. Dan yang masih terpenjara dengan Hawa Nafsunya, bisa selamat dari penjara Duniawi. Kita tidak pernah merasa bahwasanya Manusia itu terbelenggu oleh Kemauan-kemauan dari angan-angannya, dari Imajinasi dan Ilustrasi serta Ilusinya sendiri. Tanpa mengindahkan Perintah dan larangan Allah SWT.
Kitabullah Al-Qur-aan, berbentuk lafaz dan Kalimat-Kalimat. Kata-kata itu termasuk dari fenomena Rahmat Allah yang sangat besar dan Agung. Namun, kita ini adalah Manusia-manusia yang Tuli dan Buta, tidak mau mengambil faedah apapun dari Kitab tersebut. Malah disia-siakan, seakan-akan dijadikan contoh pembungkus Kacang goreng. Yang habis isi, bungkus dibuang, itulah kenyataan, jika dipandang dari segi Haqikat kebenarannya. Alangkah ruginya Manusia yang diberi kesempatan untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi mereka malah melorot ketingkat yang paling rendah dan hina.
Rasul terakhir dan Wali Mutlaq, yang kita junjung tinggi kehadirannya. Beliau datang dari Hadhrat Allah ‘Azza Wajalla Yang Maha Suci dan Maha Mulia ketempat ini, yakni tempat yang sangat asing dan menyeramkan. Beliau bergaul dengan orang-orang semacam Abu Lahab, Abu Jahal, Abu Nasar dan Abu-abu jelek lainnya. Yang lebih jahat peraturan dan tingkah lakunya. Tetapi walaupun hidup di dalam lingkungan yang demikian. Beliau masih sanggup menata dan membimbing Manusia hingga saat akhir Hayat. Beliau tidak pernah minder walau sedikit. Beliau tidak pernah berputus asa dalam perjuangannya. Beliau terus menerus membedah dan membelah Peraturan-peraturan yang tidak sesuai dengan Hukum Allah SWT. Dialah Nabi Muhammad Saw. Sehingga lahir pepatah :
”Dimana ada Muhammad. Disana ada Abu Lahab”.
Sungguh manusia luar biasa. Karena Beliau memiliki kemahiran dalam segala bidang.
Beliau adalah Saudagar yang gigih.
Beliau adalah Negarawan yang bijaksana.
Beliau adalah Panglima perang yang banyak Strategi.
Beliau Guru yang tangguh membimbing dan mendidik
Beliau adalah Suami yang bertanggung jawab.
Beliau adalah Penuntun umat yang sangat jenius.
Beliau adalah Manusia yang berakhlaq sangat tinggi.
Beliau adalah Contoh untuk menjauhi yang Haram.
Beliau Pedoman melaksanakan yang di Halalkan Allah.
Beliau adalah Ahli olah Haqikat yang tiada Tara. Pakar Ma’rifah yang tiada Bandingannya. Manusia ideal pada Zamannya. Dan merupakan Contoh teladan bagi kita pada zaman sekarang. Dan Tumpuan harapan Syafa’at Zaman akan datang.
Oleh karenanya, Manusia-manusia Muslim dan Mukmin yang ingin menuju dan mengharapkan Ridho Allah. Harus memandang penyucian dengan air Rahmat dari Allah. sebagai lambang untuk mengambil faedah dari Anugerah Allah SWT. Pada saat pengambilan faedah itu masih mudah, ia harus berikhtiar dengan segera. Karena akan datang saatnya kita tidak mampu meraihnya. Baik karena kelemahan diri, atau secara sengaja, atau karena disibukkan oleh keadaan yang sudah menggila dan semrawutnya Zaman. Lalu turunlah La’nat Allah SWT. Maka tidak bisa tidak. Kita harus menghadapinya dengan Kehinaan. Kemiskinan. Dan ketidak berdayaan sedikitpun. Ingatlah ! Tanah Alam ini, adalah Tanah Rahmat. Sehingga tanah tersebut menjadi salah satu alat bersuci dan tempat tumpuan Rahmat dari karunia Allah Jalla Wa’azza.
Maka sebaiknya manusia yang berjalan diatas muka Bumi ini, jangan mengandalkan kehendak Hawa Nafsunya. Mereka sangat pandai menyembunyikan kesombongannya. Karena merasa sudah banyak ‘Amalnya. Bukankah mereka pasti Binasa !
Ingatlah ! Kemungkinan dengan kesombongan tersebut ia tidak akan mendapat pertolongan dan Rahmat dari Allah SWT. Hal ini diterangkan oleh Hadits Qudsi :
”Bahwa Kebesaran. Dan Kecongkakan. Adalah Selendang-KU. Kesombongan itu adalah Pakaian-KU. Barang siapa yang mengambil dari AKU. Maka akan kumasukkan ia kedalam Neraka Jahannam”.Untuk itu. Perhatikan sifat Tanah. Ia selalu dipandang Hina oleh makhluq-makhluq yang lain. Mereka tidak ingat. Bahwa mereka Kencing di Punggung Bumi. Berak sesuka hati diatas punggung Bumi. Berbuat ma’siat di atas kulit Bumi. Berbuat onar di atas Tanah. Mencangkul lahan di belakang kulit Bumi. Sadarlah ! Bahwa Tanah tersebut fitrahnya adalah suci dan bisa mensucikan bagi yang lain.
Sebaliknya di hadapan Allah Jalla Wa’azza. Janganlah Manusia mengandalkan kekuatan diri, jangan biasakan menunjukkan Kesombongan dan congkak terhadap sesama manusia.
Ingatlah ! Bahwa Fir’aun telah lebih dahulu menunjukkan Kesombongan ini. Namun seluruh karakter ubun-ubunnya ditarik Allah. sehingga ia menjadi lumpuh tiada berdaya ditelan oleh Lautan merah. Padahal jauh sebelumnya Fir’aun menentang Nabi Musa A.s. dengan seluruh kekuatan Tukang sihirnya. Namun kesemuanya itu hancur berantakan. Sirna tiada bekas.

اَمَّـنْ يـُّحِبُّ الْـمُضْطَــرَّ اِذَادَعَاهُ وَ يَـكْــشِـفُ السُّـوْءَ وَ يـَـجْــعَــلُـــكُـمْ خُــلَـــفَاءَ اْلاَ رْضِط ءَ اِلــهٌ مَّـعَ الـلّــــهِ ط قَــلِــيْـلاً مَّـا تَـــذَ كَّــرُوْنَ

“(Apakah orang yang mempersekutukan Allah itu lebih baik atau) Tuhan Yang mengabulkan Do’a orang yang dalam keadaan Ter-aniaya. Apabila ia memohon kepada-Nya. Yang menghilangkan kesulitan dan Yang menjadikan kamu Khalifah di muka Bumi ? Apakah di samping Allah ada Tuhan yang lain ? Namun Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran”. (Q.S An-Naml : 62)

Adapun sebab-sebab diperintahkannya Berwudhu’. Adalah agar seorang hamba berada dalam keadaan suci ketika berdiri di hadapan Yang Maha Kuasa, dalam saat-saat bermunajat kepada-Nya. Dengan penuh keta’atan terhadap seluruh Perintah-Nya. Suci dari segala Kotoran dan Najis, dan tidak bermalas-malasan, walaupun cuaca sangat dingin. Dan melawan rasa kantuk yang memberati pelupuk mata. Yang tidak kalah pentingnya adalah didorong oleh Kebersihan Hati. Semua itu ditujukan sewaktu kita berdiri dihadapan Qodhi Robbul Jalil Yang Maha Agung.
Hal ini mengingatkan kepada Ahli Haqikat dan Ma’ rifah Serta para Salik. Bahwa untuk berdiri di hadapan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung, tempat kita bermunajat dan DIA Yang Memenuhi segala Hajat, memerlukan serangkaian Adab yang mesti diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Tidak diragukan lagi. Bahwa yang berkaitan dengan kotoran-kotoran lahiriah itu termasuk tidak bersopan santun dan menunjukkan kemalasan yang menggayuti diri seseorang untuk Bersuci. Itu semua tidak layak dihadapkan ke Haribaan Allah SWT. Apalagi jika yang kotor itu adalah Hati. Dengan kotoran-kotoran Ma’nawi, yang merupakan sumber dari segala kotoran. Walaupun demikian penyucian lahiriah tidak berarti harus diabaikan. Lalu tidak perlu dikerjakan. Ini namanya orang Bodoh Tolol dan Keblinger.
Tingkat pertama dari segala kotoran, adalah ternodanya anggota-anggota lahiriah dengan perbuatan Ma’siat, yang berarti kita telah melalaikan Amanah Allah. Kita tidak menyadari bahwa itu adalah suatu jebakan Iblis La’natullah. Selagi manusia terperangkap dalam jebakan ini, maka dirinya akan terhalang dari limpahan Rahmat Allah Jalla Wa’azza. Lalu Taqarrub yang kita lakukan akan gagal total.
Jangan sekali-kali seorang Insan menduga-duga, bahwa ia akan mampu menaiki jenjang demi jenjang dari Maqam Haqikat Insaniahnya tanpa terlebih dahulu menyucikan anggota lahiriahnya. Perkiraan seperti ini, adalah salah satu tipu muslihat Setan dan Iblis. Jika demikian inilah pemikiran seseorang, maka kekeruhan dan kegelapan Hati kian bertambah dengan berbagai Ma’siat. Yang berarti kemenangan Iblis lebih dominan atas dirinya, ketimbang pengaruh Malaikat.
Ingatlah ! Selagi insan belum mampu menaklukkan kekuatan Jasadnya. Maka ia masih terhalang dari seluruh tersingkapnya Tirai batin (Al-Futuhat). Yang sering menjadikan orang kebingungan dalam memapaki Af’al Ilaahiyyah.
Jika beginilah pemikiran seorang hamba, maka semua anggota badan tidak akan suci, walaupun dibersihkan dengan air tujuh lautan, dan ditambah dengan tujuh lautan lagi. Bahkan Setan akan tetap mempunyai pengaruh atas dirinya. Dan pada akhirnya, manusia itu akan terusir dari Haribaan Yang Maha Agung.
Penyebab kerusakan sisi lahiriah, adalah Akhlaq yang sudah Binasa dan Karakter yang buruk. Karena itu, seorang insan yang belum dapat mengubah Karakter-karakter yang buruk pada dirinya dengan karakter-karakter yang baik, maka ia tidak akan terbebas dari Belenggu Syaithoniah. Kotoran Batin menyebabkan pencemaran (polusi) pada diri seseorang. Sehingga lamban dalam perjalanan untuk bisa ber ’Ubudiyah kepada Kholiq-Nya.
Oleh karena itu. Renungkanlah … diri. Mau dibawa kemana diri nan sebatang ini ??? ke- Neraka atau ke- Syurga ???
Para Ahli Ma’rifah berkata : Bahwa Alat bersuci itu adalah Air. Dan air adalah merupakan Rahasia kehidupan. Lewat ‘Ilmu Pengetahuan Manusia dapat menyaksikan. Bahwa ada Zat (Al-Hayyu Al-Qoyyum) Yang Hidup dan Yang Menegakkan di dalam Air tersebut. Itu jika kita mau mengamati dengan teliti. Barulah kita tahu, apa sebenarnya yang berada di dalam air itu. Sehingga makhluq yang bernyawa bisa hidup didalamnya.
Perhatikanlah ayat :

وَ هُوَ الَّـذِيْ اَرْسَـلَ الـرِّ يـْــحَ بُـشْــرًا بَــيْــنَ يَـدَيْ رَحْـمَــتِــه، وَ اَ نْــزَ لْــنَا مِنَ الـسَّــمَآءِ مَآءِطَــهُـوْ رًا لِـــنُحْيِ يَ بِــه بَــلْـدَ ةً مَّـــيِّــــــتًا وَّ نُـسْــقِـــيَـه مِـمَّاخَـلَــقْــنَآ اَ نْــعَا مًا وَ اَ نَـاسِـيَّ كَــثِــيْــرًا

“Dan DIA yang meniupkan Angin membawa kabar gembira, akan kedatangan Rahmat-Nya. Dan diturunkan-Nya dari Langit Air yang bersih sekali”. “Agar KAMI hidupkan dengan Air itu Negeri (Tanah) yang Mati (Tandus). Dan KAMI beri minum dengan Air itu Hewan Ternak dan Manusia yang banyak (Yang KAMI Ciptakan)”. (Q.S. Al-Furqoon : 48 - 49)

Sangat jelas keterangan ayat. Bahwa Allah menurunkan Rahmatnya yang berupa air yang suci dan bersih kepada seluruh makhluq-Nya.

وَ يـُـنَـزِّ لُ عَـلَــيْـكُمْ مِّنَ السَّـمَآءَ مَآءِ لِّــيُـطَــهِّـرَكُمْ بِـهِ وَ يُـذهِبَ عَـنْـكُـمْ رِجْـزَ الـشَّــيْـطَانِ وَ لــِيَـرْ بِـطَ عَـلىَ قُــلُـوْ بِكُـمْ وَ يـَـثَــبِّتَ بِـهِ اْلاَ قْـدَ ا مَ

“……Dan Allah menurunkan Air dari Langit. Untuk men sucikan kamu. Dan menghilangkan gangguan (rayuan) Setan. Lalu DIA meneguhkan Hatimu dan ditetapkan-Nya Telapak Kakimu (Pendirianmu)”. (Q.S. Al-Anfaal : 11)

Renungan Pertama arti ayat secara mendalam, pada hal dalam sehari semalam cukup banyak manusia menuangkan air ketubuhnya. Dari mulai mencuci tangan, cuci muka, cuci kaki dan mandi. Tetapi pekerjaan itu tidak bisa mengusir Setan.
Renungan kedua. Kalaulah tidak cukup syarat dan rukunnya, maka yakinlah kita. Bahwa Jin dan Setan tidak akan hilang dari tubuh seseorang. Karena sudah besubal Setan di dalam perut orang itu. Kalaulah tidak dengan Rahmat Allah, dan melalui Air wudhu’, yang disertai dengan Rukun dan Syaratnya yang sempurna. Insya Allah Setan tidak akan hilang dari benak seseorang.
Renungan ketiga. Bahwasanya manusia tidak terlepas dari sifat ketergantungannya kepada dua unsur tersebut, yaitu unsur Air dan Tanah. Sekiranya tak ada tanah, lalu dimana kita mau berpijak ? diatas air ?! atau diatas Awan ? Adapun Tanah adalah asal penciptaan manusia.
Sebagaimana Firman Allah :

مِـنْــهَاخَـلَــقْـنـكُـمْ وَ فـِـيْـهَا نُــعِــيْـدُ كُـمْ وَ مـِنْـهَا نُـخْـرِجُكُـمْ تَـارَ ةً اُخْـرى

“Dari Tanah KAMI Ciptakan kamu. Dan Kepadanya kamu KAMI kembalikan. Dan dari Tanah juga kamu KAMI keluarkan pada kali yang lain”. (Q.S. Thohaa : 55)

فَــلَـمَّ تَـجِدُوْ امَآ ءً فَــتَــيَـمَّـمُوْ ا صَـعِـيْـدًا طَــيِّــبًا ………`

“Bila kamu tidak mendapatkan Air, maka Bertayammumlah dengan Tanah yang baik lagi Suci”. (Q.S.An-Nisaa’: 43)

Semua itu, dimaksudkan agar manusia mau merenungkan dirinya, yang asal-usul dirinya itu, adalah dari Tanah. Dan sudah seharusnya manusia merenungkan. Siapa yang menciptakannya ? Dan dari apa Manusia diciptakan ? serta untuk apa Manusia diciptakan ? Dengan demikian kita akan merunduk malu, serta dengan rela hati membuang rasa ketakaburan yang berada di alam fikiran kita. Karena Tanah pada Haqikatnya adalah Hina dan Miskin
Ingatlah ! Bahwasanya sifat Tanah itu adalah Tawadhu’ kepada Allah SWT. Perhatikanlah ! Walaupun Tanah itu dianggap Hina dan Miskin, namun ia adalah tempat tumpuan Rahmat dari Allah dan Manusia juga yang menuai hasil dari Tanah tersebut.
Coba renungkan dalam-dalam ………
Apa saja yang kita buat di atas kulit Bumi itu, ia hanya diam saja. Tanah tidak pernah berontak kepada manusia. Sebab sepertinya Tanah tahu, bahwa Manusia itu pasti akan kembali kedalam perutnya. Nah … disitulah nanti Tanah akan membalas segala perbuatan yang kita perbuat di atas kuduknya. Manusia akan diramasnya sehingga bersatu antara rusuk kanan ke rusuk kiri, kaki akan bersatu dengan kepala. Sehingga semua tulang belulang akan bersatu di Pusat. Itulah kenyataan jika mau melihat orang yang membongkar kuburan.
Ketahuilah ! Bahwasanya Air hujan itu sangat lembut, sangat jernih, dan sangat tajam. Serta ia mempunyai satu tanda menurut makna Batiniah. Air adalah ‘ilmu Ladduni yang memiliki rasa kelembutan. Ia hidup serta akan menghidupkan bagi ikan dan sebangsangnya. Air itu suci, dan akan mensucikan bagi yang lain. Walaupun sifat air itu lemah gemulai. Tetapi ia bisa membunuh semua makhluq hidup.
Didalam satu riwayat. Bahwa suatu hari datang sekelompok Yahudi kepada Rasulullah Saw. seraya mereka bertanya berbagai hal di antaranya : “Hai Muhammad. Beritahukan kepada kami, apa sebabnya manusia diwajibkan Berwudhu’ dengan empat anggota tubuh ? Padahal ke-empatnya merupakan yang paling bersih ? Seraya Nabi Saw. menjawab : ”Ketika Setan membisikkan ke-“Telinga” Adam. Lalu Adam mendengar desir Pohon, dan melihatnya dengan “Mata”. Maka hilanglah cahaya mukanya (rasa malunya) Kemudian Adam berdiri dan berjalan dengan “Kaki-nya” menuju Pohon. Itulah Kaki yang pertama yang menuju kesalahan. Lalu Adam memetik sesuatu dari pohon itu dengan “Tangan-nya”. Dan memakannya dengan “Mulut”. Maka beterbanganlah semua hiasan-hiasan dan seluruh Pakaian dari Badannya. Kemudian Adam meletakkan Tangannya ke atas “Kepala-nya”. Lalu Adam menangis sejadi-jadinya (menyesali segala perbuatannya yang terlanjur).
Ketika mengampuni Adam. Allah mewajibkan pada Adam dan keturunannya untuk mensucikan ke-empat anggota Wudhu’ tersebut. Allah mewajibkan membasuh kedua Tangan sampai kedua sikunya. Karena ia mengambil sesuatu dari pohon dengan kedua tangannya. Allah mewajibkan membasuh Muka, karena di sana terdapat Mata untuk Melihat Pohon itu. Allah mewajibkan Mengusap Kepala, karena Adam Meletakkan Tangannya di atas Kepala. Dan Allah Mewajibkan mencuci Kakinya, karena dengan kedua Kaki itu Adam berjalan menuju kesalahan.
Demikianlah sekelumit riwayat Metoda Ahli Tasawwuf. Ialah metoda untuk membersihkan Qolbi dan Fuad. Siir dan Ihkfak. Shakhofa. Nafsu Natiqo serta Kullul Jasad. Semoga dengan secuil pandangan dari para orang-orang ‘Arif Billah di atas bisa menjadi Renungan yang mendalam bagi Pembaca. Kemudian bisa membuka Tabir kegalauan Hati. Sehingga hadir mesin penggerak ke dalam Jiwa. Selanjutnya jiwa akan merambat naik dari bawah sadar ke Alam atas sadarnya. Kemudian berjalan cepat kearah yang di-Ridhoi Allah ‘Azza Wajalla.

25. Tayammum

Arti Tayammum menurut bahasa berarti menuju. Tetapi menurut Syara’, ialah mempergunakan Tanah yang bersih dan Suci untuk menyapu Muka dan Tangan adalah upaya mengangkat Hadats menurut cara yang telah ditentukan oleh Syara’.
1. Kegunaan Tayammum.
Pada suatu ketika Tayammum dapat menggantikan Wudhu’ dan Mandi Jenabat. Dengan syarat-syarat tertentu. Tayammum adalah suatu Rukhsah atau Keringanan bagi orang yang tidak diperkenankan menggunakan air karena Sakit atau karena kesulitan untuk mendapatkan Air. Orang yang diperbolehkan tayammum ialah :
a. Orang yang sakit, apabila terkena air bagian anggota wudhu’, maka disangsikan sakitnya akan bertambah. Menurut keterangan Dokter.
b. Karena dalam perjalanan. Dan sangat sulit untuk mendapatkan air.
c. Karena tidak ada air. Firman Allah :

وَ اِنْ كُــنْـتُــمْ جُـنُــبًافَاطَـهَّـرُوْا وَاِنْ كُــنْـتُــمْ مَّـرَضَ اَوْ عَـلىَ سَـفَـرٍاَوْجَآءَ اَحَـدُ مِنْكُـمْ مِنَ الْـخآئِــطِ، اَوْ لَـمَـسْــتُــمُ الـنِّـسَآءَ فَــلَـمَّ تـَجِـيْـدُوْا مَآءَ فَــتَــيَــمَّــمُوْا صَـعِـيْـدًا طَــيِّـــبًا فَامْـسَـحُـوْابِــوُ جُـوْ هِكُـمْ وَ ا يْـدِ يْكُـمْ مِـنْـهُ

"Dan jika kamu dalam keadaan Junub. Maka Mandilah. Dan jika engkau Sakit atau dalam Perjalanan serta Buang air atau Menyentuh Wanita. Tetapi kamu tidak memperoleh air. Maka Ber-Tayammumlah dengan Tanah yang bersih. Sapulah Mukamu dan Tanganmu dengan tanah itu". (Q.S. Al-Maidah : 6)

عَنِ ابْـنِ عَــبَّاسٍ رَضِيَّ الـلّـــهُ عَـنْـهُـمَا فِيْ قَـوْ لـِهِ عَـزَّ وَجَلَّ : وَ إِنْ كُــنْـتُـمْ مَـرْضى أَوْعَـلَىسَـفَـرٍ، قَالَ: إِذَا كَـانَـتْ بِـالـرَّجُـلِ الْجِرَ احَـةُ فِى سَـبِــيْــلِ الـلّــهِ وَالْـقُـرُوْحُ فَــيَـجْـنِـبُ فَــيَـخَافُ أَنْ يـَّـمُوْتُ إِنِ اغْـتَـسَــلَ تـَــيَــمَّـمُ

"Dari Ibnu Abbas r.a. tentang Firman Allah SWT : "Dan jika kamu sakit, atau dalam perjalanan". ia berkata : "Apabila seseorang terkena luka pada jalan Allah dan Kudis, lalu ia berjunub. Tetapi ia takut mati bila ia mandi. (maka ia boleh) Tayammum". (H.R. Daroqhutny. Mauquf dan di Marfu’ oleh Al-Bazzar. di sahkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakiim)

2. Syarat-syarat Sahnya Tayammum.
Tayammum agar menjadi Sah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi :
a. Setelah berusaha mencari Air dengan sekuat tenaga tetapi tidak mendapatkannya. Sedang Waktu Sholat telah masuk. (Berpegang kepada Ayat Al-Maidah : 6)
b. Telah masuk Waktu Sholat.

عَنْ أبِـى سَـعِـيْـدٍالْـخُدْرِيِّ رَضِيَ الـلّــهُ عَــنْــهُ قَالَ : خَـرَجَ رَجُلاَ نِ فِي سَــفَـرٍفَحَـضَـرَتِ الصَّــلاَ ةُ وَ لَــيْـسَ مَــعَــهُــمَا مَاءٌ فَــتَـــيَــمَّــمَا صَـعِـيْـدًا طَــيِّــــبًا فَـصَـلَّــــيَا

"Dari Abu Sa’id Al-Khudriy r.a. ia berkata :"Ada Dua orang telah pergi dalam suatu perjalanan, maka datanglah Waktu Sholat. Dan pada mereka tidak ada Air. Lalu mereka Tayammum dengan Tanah yang bersih. Kemudian mereka Sholat". (H.R. Abu Daud dan An-Nasa’iy)

c. Dengan menggunakan Tanah atau Debu yang bersih.

وَ فِىحَـدِيْثَ حُـذَ يْـفَــةَ رَضِيَ الـلّــــــــــــــهُ عَــنْـهُ عِـنْـدَ مُـسْـلِـمُ : وَجُــعِــلَـتْ تُــرْ بـَــتُـــهَا لَـــنَا طَــهُـوْ رًا إِذَا لَـمْ نَـجِدِالْــمَاءَ، وَ عَـنْ عَلِيّ عِـنْـدَ اَحْـمَـدَ : وَجُــعِــلَ الـتُّــرَ ابُ لِيْ طَـــهُوْ رًا

"Dan pada Hadits Huzaifah yang dikeluarkan oleh Muslim "Dan Tanahnya dijadikan alat pembersih bagi kita. Apabila kita tak dapat Air". Dan ada riwayat dari ‘Ali r.a. dalam riwayat Ahmad : "Dan Tanah itu dijadikan alat pembersih bagiku"

d. Jika akan tambah parah sakitnya / lama sembuhnya.

عَنْ عَـلِـيَّ رَضِيَ الـلّـــهُ عَـنْـهُ قَالَ : إِ نْـكَـسَـرَتْ، إِحْدى زَ نْـدَيَّ فَسَـأَ لتُ رَسُوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَـــيْــهِ وَسَــلَّـمَ ، فَــأَ مَـرَ نـِيْ أَنْ أَ مْـسَـحَ عَـلىَ الْجَــبَا ئِــرِ

"Dari Ali r.a. ia berkata :"Satu dari pergelanganku patah. Lalu saya bertanya kepada Rasulullah Saw. Maka Beliau menyuruh agar saya mengusap atas Balutannya".
(H.R. Ibnu Majah dengan Sanad sangat lemah)

e. Tidak ada Air.

عَنْ جَابِـرٍ رَضِيَ الـلّــهُ عَـنْـهُ أَنَّ الـنَّـبِـيَّ صَـلَّىالـلّــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ قَـالَ : أُعْـطِــيْتُ خَـمْـسًالَـمْ يـُعْـطَــهُـنَّ أَخَــذٌ قَــبْـلِى : نُـصِرَتْ بِـالـرُّ عْبِ مَسِـيْـرَ ةَ شَــهْـرٍ، وَجُـعِـلَـتْ لـِيَ اْلأَرْضَ مَسْجِـدًا وَطَـهُـوْ رًا فَــأَ يُّــمَارَجُـلٍ أ َدْرَ كَـــتْــهُ الصَّــلاَ ةَ فَـــلْـــيُـصَـلِّ

"Dari Jabir bin ‘Abdullah r.a. Bahwasanya Nabi Saw. bersabda :"Aku diberi Lima perkara yang belum diberikan kepada seseorang sebelum aku. Aku diberi kemenangan dengan adanya rasa takut (musuh-musuh) sejak jarak tempuh perjalanan Satu bulan. Bumi dijadikan untukku sebagai Masjid. Dan alat untuk bersuci. Dimana saja seseorang menemui Waktu Sholat, hendaklah ia Sholat (disitu) (H.R.Muttafaqun’Alaih)
3. Rukun/Fardhu Tayammum ada Empat Macam.
a. Niat.
Menyengaja Bertayammum untuk mengangkatkan Hadats dengan keperluan Sholat Fardhu, Sunnat dan masalah-masalah yang Suci.
b. Mengusap Muka dan Mengusap kedua Tangan hingga pergelangan tangan dengan Debu yang bersih sampai ke Siku.

عَنِ ابْـنِ عُـمَـرَ رَضِيَ الـلّــهُ عَــنْــهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُـوْلُ الـلّــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَـلَّـمَ الْــتَـــيَــمَّــمُ ضُـرْ بَـــتَانِ : ضُرْ بـَـةً لـِلْـوَجْـهِ وَضُـرْ بَــةٌ لـِلْــيَــدَ يْــنِ

"Dari Ibnu ‘Umar r.a. ia berkata :"Rasulullah Saw. bersabda : "Tayammum itu dua kali tepukan. Sekali buat Muka. Dan sekali buat Dua Tangan sampai Siku".
(H.R. Daroqhutny. Dan disahkan Mauqufnya oleh semua Imam-imam Hadits)

c. Meratakan Debu yang bersih pada Anggota-anggota yang wajib ditayamumkan.
d. Tertib. Berturut-turut dalam mengusapkannya.

4. Sunnat-sunnat Tayammum ada Empat Macam.
a.
Membaca Bismillahir-rohmaanir-rohiim
b. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri
c. Menipiskan Debu (Tepuk pelan jika Debu telah berada ditelapak tangan)
d. Membaca Dua Kalimah Syahadat. Setelah selesai Tayammum.

5. Hal-hal yang membatalkan Tayammum ada Tiga Macam.
a. Segala yang membatalkan Wudhu’.
b. Melihat Air sebelum melakukan Sholat.
c. Murtad. Mengingkari Agama Islam sesudah melakukan Tayammum.

6. Fungsi Tayammum.
Seseorang yang berhalangan berwudhu boleh bertayammum. Dan setiap satu Tayammum hanya boleh untuk melaksanakan satu Sholat fardhu saja. Tetapi boleh digunakan untuk melaksanakan Sholat sunnat beberapa kali. Jika hendak Sholat lagi. Wajib ia bertayammum kembali. Sekalipun Tayammum yang pertama itu belum batal. Tayammum ini juga dapat menggantikan Mandi Wajib (Junub).
Tayammum adalah Tanah menjadi pengganti Air dalam Berwudhu’. Karena tanah mempunyai arti dalam kesucian, yaitu merupakan benda yang bersih, karena tanah yang dijadikan pada satu pokok dasar untuk mensucikan tempat bekas jilatan atau babi atau jilatan Anjing.
Isi dunia ini tidak luput dari Air dan Tanah. Tanah menampung air yang turun dari Langit. Jika air tidak ada. Maka Tanah mengambil alih menjadi pengganti air. Kedua materi tersebut saling dukung mendukung dan saling bantu membantu. Air dapat menyuburkan Tanaman, sedang Tanah mengandung dan memelihara Tanaman
Menurut filsafat hidup. Segala sesuatu akan kembali kepada Tanah. Baik ia Manusia maupun Hewan. Yang terjadi dari Saripati Tanah, setelah dimakan lalu diproses oleh Tubuh. Maka akan menjadi air yaitu Air mani (Nuthfah). Selanjutnya mereka akan kembali menjadi Tanah. Sebab asal kejadian Manusia yang pertama kali adalah dari Tanah. Lalu akan dikembalikan kepada tanah dan akan dibangkitkan pada hari Qiyamat nanti, juga dari Tanah. Cerita panjang lebar untuk ini akan dilanjutkan pada pelajaran Urusan Jenazah Muslim.
Bersuci dengan Tayammum, dapat menggantikan Wudhu’ dan Mandi Junub. Hal ini adalah suatu peringatan bagi kita. Betapapun tidak ada air pada saat itu, Namun Sholat, Wajib ditegakkan. Walaupun harus dengan Bertayammum.
Demikianlah Allah SWT telah memberikan keringanan kepada hamba-Nya, dengan disyari’atkan-Nya boleh bertayammum dengan tanah untuk bersuci dari Hadats Besar maupun Kecil. Jika memang benar-benar tidak mendapatkan air untuk bersuci. Yang demikian itu, adalah suatu bukti bagi kita semua. Bahwa Mandi dan Berwudhu’ itu lebih banyak condong kepada kesucian “Batin” Ketimbang kesucian “Zahir” apabila arti Tayammum itu kita tilik secara mendalam. Maka apalah artinya yang hanya cuma disapu dengan Tanah atau Debu. Dan yang disapu tersebut hanya dua Tangan dan Muka, yaitu anggota yang tidak penting menurut perkiraan akal. Oleh karena itu. Wajib bagi Muslim menuntut ilmu Agama, agar tidak mudah tergelincir, sehingga pada akhirnya akan membawa condong kepada kesesatan.
Pada tahun enam puluhan, ada seorang Prof. di Barat. Suatu ketika anaknya dijilat oleh Anjingnya sendiri. Setelah di Microscop, maka terlihat Bakteri yang ganas berada pada bekas jilatan Anjing tersebut, Bakteri tersebut terus hidup tanpa mau berhenti, walaupun sudah disiram dengan Zat kimia hasil riset Profesor selama puluhan tahun. Setelah berulang-ulang diuji coba, namun hasilnya masih nihil. Dan pada akhirnya Sang Profesor menyerah dengan keadaan. Namun ia ingat … Mengapa orang Islam selalu memakai Tanah untuk Tayammum ada apa gerangan ? Kemudian ia mengambil tanah liat. Dan segera menggosokkan kepada kaki anaknya yang dijilat Anjing tersebut, setelah itu di Microscop kembali. Hasilnya semua kuman yang ada telah sirna hilang tak berbekas. Setelah lama tercenung memikirkan mustahil bisa terjadi. Maka dalam benaknya berputar Fikirannya. Bahwa benar Islam !!! Kemudian ia memproklamirkan dirinya ingin masuk Islam, tetapi sebelum kesampaian ia keburu dibunuh oleh pembunuh misterius.
Jika seseorang hendak Sholat, namun ia tidak mendapatkan Air untuk berwudhu’. Tetapi Allah telah menjadikan Tanah sebagai alat untuk bersuci. Walaupun Tanah merupakan sesuatu yang paling rendah dalam pandangan Makhluq. Sesuai dengan keadaannya yang setiap saat di-injak-injak oleh manusia Laki-laki maupun Wanita. Dan demikian pula seluruh Hewan yang ada di permukaan Bumi. Padahal menurut pandangan Allah Jalla Wa’azza, bumi itu Makhluq yang Tawadhu’. Tawarru’ terhadap Perintah Allah SWT. Oleh karena itu, manusia diajak untuk sama derajatnya dengan Tanah yang setiap detik dipijak-pijaknya itu. Ketika Sujud. Sungkurkan Dahi di atas Tanah. Menunjukkan Dahi yang di atas harus sama dengan derajat Kaki yang berada di bawah. Memberi isyarat kepada manusia agar jangan Sombong dan Congkak di hadapan Allah ‘Azza Wajalla. Dan Rasul-Nya.
Demikian pula rincian Tayammum dengan tanah itu. Memberi isyarat kepada Manusia. Sewaktu pertama ia usap adalah Muka atau Dahinya. Haqikatnya memberi tanda kedahinya dengan ”Tanah kehinaan” dan “Kefakiran”. Untuk memberi isyarat kepada Manusia bahwa manusia tidak perlu Sombong dan Congkak. Karena Allah Ta’ala Maha Perkasa. Dan sewaktu menyapu kedua belah Tangannya. Ini adalah suatu isyarat kepada Manusia bahwa Ubun-ubun atau Nasib Manusia itu, berada di Tangan Kekuasaan Allah. Manusia jangan merasa bahwa segala sesuatunya itu adalah hasil usahanya. Ingatlah ! Allah berbuat apa yang DIA kehendaki. Dan segala keputusan-Nya itulah Yang Seadil-adilnya.

مَامِنْ دَ آ بَّــةٍ اِلاَّ هُـوَ اَخِـذٌ بِـــنَا صِـيَــتِــهَا ط اِنَّ رَ بـِّى عَـلىَ صِرَ اطٍ مُّــسْــتــــقِـــيْــمٍ

“Semua yang melata di muka Bumi Kecuali DIA lah yang memegang Ubun-ubunnya. (menentukan Nasib mereka) Sesungguhnya Tuhan-ku di atas jalan yang lurus”. (Q.S. Hud : 56)

Tundukkanlah sekujur tubuh dan diri di hadapan Allah Ta’ala. Semoga dengan demikian kita bisa menjadi tumpuan Rahmat dari Allah dan semoga Pertolongan Allah melimpah kepada kita, pada hari orang-orang Durhaka dikenal dengan tanda-tandanya masing-masing. Lalu karakter Ubun-ubun mereka ditarik-Nya.
Dari hal tayammum diatas menunjukkan kepada kita. Bahwa ketika mengusap Muka dengan Tanah, melambangkan Muka orang yang mau bersuci, akan gemerlapan bersinar-sinar. Dan ketika mengusap kedua Tangan dengan Tanah. Melambangkan segala kekuatan dan daya upaya yang ada pada Manusia wajib ia rendahkan dihadapan Yang Maha Kuasa. Lalu ia Bergabung berjama’ah. Melambangkan agar Manusia masuk bersama dengan orang-orang yang hadir Hatinya di haribaan Allah Jalla Wa’azza.
Dan ketika Manusia bersuci. Hendaknya tanamkan dalam Hati. Bahwa kewajibannya adalah membersihkan bagian-bagian Tubuh yang nampak. Karena bagian-bagian tubuh tersebut adalah pusat perhatian manusia. Dan langsung menangani urusan-urusan Duniawi serta terlihat dalam berbagai urusan Masyarakat.
Tetapi hendaknya iapun berniat membasuh urusan yang berada di Hati. Karena Hati adalah pusat perhatian “Al-Haq”. Allah tidak memandang rupa anda. Tetapi DIA memandang “Hati” anda. Karena Hati adalah pemimpin yang mengendalikan semua anggota tubuh, untuk melakukan hal-hal yang menjauhkannya dari Allah SWT.
Mengapa Tayammum itu hanya di Syari’atkan pada kedua Anggota Wudhu’, yaitu hanya Wajah dan kedua Tangan Bukan Anggota Wudhu’ yang lain ???
Jawabnya ialah maksud dan tujuan daripada Tayammum adalah untuk meringankan. Oleh karena itu, di dalam Tayammum cukup melakukan sebagian daripada bentuk Wudhu’, yaitu hanya menyapu Muka dan menyapu kedua Tangan. Sementara bagian Kepala dan bagian kedua Kaki yang wajib di-Usap dan di-Cuci dalam semua keadaan, tidak dikenakan pada Tayammum. Allah Mewajibkan Tayammum di dua Anggota Wudhu’. Dalam hal ini jelas terdapat maksud meringankan bagi hamba-Nya.
Adapun Dalil di Syari’atkannya Tayammum yang diambil dari Sunnah. Sebenarnya banyak sekali Hadits-hadits yang menerangkan hal ini. Di antaranya adalah hadits yang di Riwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Hadits “Imran Bin Husysyaini.
أَنَّ رَسُـوْلُ الـلّــهِ صَــلَّىالـلّــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّـمَ، رَ أَى رَجُـلاً مُـعْــتَـزِ لاً لَمْ يـُصَـلِّ مَـعَ الْـقَـوْمِ.فَـقَالَ: مَايـَمْـنَـعُكَ يَـافُـلاَ نَ أَنْ تُصَلِّىفِىالْقَـوْمِ ؟
فَــقَالَ يَـارَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ، أَصَا بَــتْــنِى جَــنَا بَــةٌ وَ لاَ مَاءَ

“Bahwa Rasulullah Saw. Pernah melihat seorang Laki-laki yang memisahkan diri. Tidak melaksanakan Sholat bersama Orang-orang Islam lainnya. Kemudian Rasulullah Bersabda “Hai Fulan. Apa yang menghalangimu melaksanakan Sholat bersama mereka ?” Ia menjawab “Wahai Rasulullah. Aku ini dalam keadaan Junub. Dan tidak mendapatkan Air”. Rasulullah menjawab “Hendaknya kamu (Ber-Tayammum). Dengan menggunakan Tanah (Debu). Karena yang demikian itu cukup bagimu” (H.R.Al-Bukhari dan Muslim)

Orang-orang Islam telah Ber-Ijma’ bahwa Tayammum berfungsi sebagai pengganti Wudhu’ dan Mandi wajib. Walau pun mereka berbeda pendapat dalam menentukan sebab-sebabnya yang membolehkan Tayammum. Dan tentang bagian Tanah yang Sah dipakai untuk Ber-Tayammum.
Dalam hal ini. Jika kita ingin lebih jauh lagi menelusuri hal-hal tentang Tayammum ini. Maka ada baiknya kita Baca “Fiqih Empat Mazhab” Bagian Thoharoh Tulisan ‘Abdur-Rahman Al-Jaziri. Dan telah diTerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Prof. K.H. Yafie. Prof. H. Chatibul Umam & Abu Hurairah. Jilid I Cetakan Darul “Ulum Press. Jakarta.

04 February 2008

24. Wudhu'

Wudhu' menurut lughot, berarti bersih dan indah. Namun menurut Syara’, artinya membersihkan Anggota Wudhu' untuk menghilangkan hadats kecil.
Wudhuk ialah suatu syarat untuk Sahnya Sholat. Wudhu' ini dilaksanakan sebelum seseorang melaksanakan Sholat. Perintah wajib berwudhu' ini adalah berpegang kepada Firman Allah SWT :

يَـآ اَ يـُّـــهَاالَّـــذِ يْـنَ ا مَـــنُـوْآ اِ ذَا قُـــمْـــتُــــمْ اِلىَ الـصَّــلـو ةِ فَـاغْــسِــلُـــوْا وُجُـوْ هَـكُمْ وَ اَ يْــدِ يَـكُـمْ اِلىَ الْــمَـرَا فِــقِ وَ امْـسَحُـوْا بِــرُءُوْ سِكُـمْ وَ اَرْجُــلَـــكُــمْ اِلىَ الْــكَــعْــبَــيْــنْ `

“Hai orang-orang yang beriman ! apabila kamu akan melaksanakan Sholat. Maka basuhlah mukamu dan Dua Tanganmu hingga kedua Siku. Dan sapulah kepalamu, kemudian basuhlah kedua Kakimu hingga kedua mata kaki………”. (Q.S. Al-Maaidah : 6)


Syarat-syarat Sahnya Wudhu' Lima Perkara
1. Islam.
Orang yang tidak ber-Agama Islam tidak Sah melaksanakan Wudhu’.
2. Mumayyiz.
Orang yang sudah dapat membedakan yang Baik dan yang Buruk dari pelaksanaan Wudhu’ tersebut.
3. Menggunakan Air.
Melaksanakan Wudhu' dengan air yang suci dan mensucikan.
4. Tidak merobah Air.
Jangan sampai anggota Wudhu’ itu dapat merobah air yang digunakan untuk berwudhu’ (karena terlalu kotor) jika demikian sebaiknya Mandi terlebih dahulu. Baru ber-Wudhu’.
5. Jangan ada penghalang pada kulit.
Seperti cat, aspal, sisik ikan, atau benda yang dapat menghalangi sampainya Wudhu’ pada Anggota wudhu’.

Fardhu Wudhu' itu Enam Perkara

1. Niat dalam hati.
Dengan Niat. Menghilangkan Hadats kecil, dan cara melaksanakan Niat tersebut ialah tepat pada waktu kita membasuh Muka.
2. Membasuh muka.
Horizontal : dari tempat tumbuh rambut di kepala hingga sampai ke dagu.
Vertikal : dari Anak Kuping sebelah Kanan hingga sampai ke Anak Kuping sebelah kiri.
3. Membasuh Tangan.
Basuhlah kedua Tangan dari mulai ujung Jari tangan ke siku. Bukan terbalik, yakni dari siku ke ujung jari.
4. Menyapu Kepala.
Menyapu sebagian dari rambut di kepala.
5. Membasuh Kaki.
Membasuh kedua kaki. Dari mulai ujung jari kaki hingga ke mata kaki. Bukan dari mata kaki, itu malah terbalik.
6. T e r t i b.
Yakni berturut-turut, dari awal hingga akhir pelaksanaan. Menurut pakarnya, enam macam ini jangan ditinggalkan. Jika ditinggalkan, maka Wudhu’nya tidak Sah. Yang lain dari itu adalah Sunnat.

Sunnat Wudhu’ Tiga Belas Perkara

1. Membaca Basmallah.
2. Membasuh Telapak tangan hingga sampai pergelangan tangan.
3. Berkumur-kumur. Dan menghirup air masuk ke dalam Hidung. Kemudian dihembuskan kembali.
4. Menyela-nyela Jari Tangan dan Kaki serta Janggut.
5. Mengusap dua Daun Telinga bagian luar dan dalamnya.
6. Membasuh seluruh Kepala.
7. Mendahulukan anggota Wudhu’ yang Kanan dari yang Kiri.
8. Tiga-tiga kali pada tiap-tiap membasuh anggota Wudhu’
9. Menghadap Qiblat.
10. Bersiwak (menggosok gigi) atau bersugi.
11. Tidak boleh berkata-kata ketika melaksanakan Wudhu’.
12. Berturut-turut (Tertib).
13. Membaca Do’a setelah selesai melaksanakan Wudhu’.

Doa Selesai Berwudhu’

أَشْـــهَــدُ اَنْ لاَ اِلــهَ اِلاَّ الـلّـــــهُ وَحْــدَ هُ لاَ شَـرِ يْـكَ لَــــهُ ، وَ اَشْـــهَــدُ اَنَّ مُحَــمَّـدً ا عَــبْـدُ هُ وَ رَسُــوْ لُـــهُ ، الـلّــــهُمَّ اجْــعَـــلْــنِيْ مِنَ الــتَّـــوَّ بِــــيْــنَ، وَ اجْـعَــلْــنِـيْ مِنَ الْــمُـتَــطَـــهِّــرِ يْـنَ وَاجْــعْــلْـنِـيْ مِنْ عِــبَادِكَ الـصَّالـِحِــيْـنَ

“Aku Bersaksi Tiada Tuhan malainkan Allah Yang Tunggal. Tiada sekutu bagi Nya. dan Aku Bersaksi Bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Yaa Allah. Jadikanlah saya dari golongan orang-orang yang Ahli Bertaubat. Dan jadikanlah saya orang yang suci dan jadikanlah saya termasuk dari golongan hamba-hamba-MU yang Shaleh”.

Ini bukanlah Do’a Rakitan para Guru/Ustadz, atau orang zaman dahulu. Ini adalah dari Nabi Saw. Dalilnya :

حَـدَّ ثَـــنَا عَـلْــقَــمَـةُ بْـنُ عُـمَـرَ وَالدَّ ارَمِيُّ ثَـــنَا أَ بـُـوْ بَـكْرِ بْـنِ عَــبَّاسٍ عَنْ أَبِـيْ إِسْحَاق عَنْ عَــبْدِالـلّـــهِ بْـنِ عَطَاءِ الْــبَجَـلِـيُّ عَنَ عُـقْــبَـةَ بـْنِ عَامِـرٍ الْجُحَـنِيّ عَنْ عُمَـرَ بـْنِ الْخَـطَابِ قَالَ : قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ، مَامِنْ مُـسْــلِـمٍ يَـــتَـــوَ ضَّاءَ فَـــيُحْـسِـنُ الْــوُضُـوْ ءَ ثُـــمَّ يَـقُــوْ لُ : أَ شْـهَـدُ اَنْ لاَ اِلـهَ اِ لاَّ الـلّـــهُ، وَ ا شْــهَـدُ اَنَّ مُحَــمَّـدًا عَــبْــدُ هُ وَ رَسُــوْ لُــهُ ، اِ لاَّ فُــتِـحَـتْ لَــــهُ ثَــمَا نــِـيَــةُ أَ بْــوَابَ الْـجَــنَّــةِ ، يَــدْخُــلُ مِنْ أَ يـُّــهَا شَـاءَ `

“Mewartakan kepada kami Al-Qomah bin ‘Amar Ad-Darimiy. Mewartakan kepada kami Abu bakar bin ‘Ayyas. Dari Abu Ishaq. Dari ‘Abdullah bin ‘Atho’ Al-Bajaliy. Dari ‘Uqbah bin Amir Al-Juhaniy. Dari ‘Umar bin Khottob. Ia berkata :”Rasulullah Saw. bersabda :”Tiada seorang Muslim yang berwudhu’. Kemudian ia membaguskan Wudhu’nya. kemudian setelah itu ia membaca : Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya”. Kecuali akan dibukakan baginya Pintu Surga. Dan ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki”. (H.R. Sunan Ibnu Majah. Juz I Halaman : 361)

عَنْ عُـقْــبَـةَ بْـنِ عَامَـرَ ألْـجُـهَـنِيُّ عَـنْ عـُـمَـرَ بـْنِ الـْخَـطَابِ رَ ضِيَ الـلّــــهُ عَــنْـهُ قَالَ : قَالَ رَسُــوْ لُ الـلّـــــهِ صَـلَّى الـلّــــــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَـــــلَّـمَ، مَامِنْ تَــوَ ضَّـــأَ فَــأَحْسَـنَ الْــوُضُـوْ ءَ ثُــمَّ قَالَ : أَ شْـهَـدُ اَنْ لاَ اِلــهَ اِلاَّ الـلّـــهُ، وَ أَ شْــهَـدُ اَنَّ مُحَـمَّـدً ا عَــبْــدُ هُ وَرَسُــوْ لُـــهُ، فُــتِـحَـتْ لَـــهُ ثَـــمَا نِــيَــةُ أَ بْــوَ ابُ الْـجَــنَّــةِ ثَـــمَانِــيَــةُ يَــدْ خُــلُ مِنْ أَ يِّــهَا شَـآءَ * أ خْـرَ جَــهُ مُسْــلِـمْ وَ الــتَّـــرْ مِـذِ يْ ، وَ زَادَ : أَ لـلّـــــهُـمَّ اجْـعَـلْـنِيْ مِـنَ الـتَّـــوّ َا بِــيْــنَ وَاجْـعَــلْــنِيْ مِنَ الْــمُـتَـطَــهِّـرِيْـنَ، سُــبْحَا نَـكَ الـلّـــهُـمَّ وَ بِـحَـمْـدِكَ، أَ سْـتَــغْــفِــرُ كَ وَ أَ تُــوْ بُ إِ لَـــيْـــكَ

“Dari ‘Uqbah bin Amir Al-Juhaniy. Dari ‘Umar bin Khattab r.a. ia berkata : ”Telah bersabda Rasulullah Saw. “Barangsiapa yang Berwudhu’ dan iapun me nyempurnakan wudhu’nya dengan baik. Kemudian setelah itu ia mengucapkan : “Aku Bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah. dan Aku Bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya”. Niscaya akan dibukakan pintu syurga, dan ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki”.
“Dalam riwayat Muslim dan At-Turmudzy. Ada tambahan dengan kalimat : “Ya Tuhan-ku jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang Taubat. Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang Bersih. Maha Suci Engkau Wahai Tuhan-ku. Dengan memuji-MU aku memohon Ampunan dari Engkau dan aku bertaubat pada Engkau dari Dosa-dosaku”.(H.R. Sunan An-Nasa’iy. Juz I. Halaman : 75)

Makruh dalam Berwudhu’ ada Lima Perkara

1. Berlebih-lebihan menggunakan air dari yang semestinya.
2. Meninggalkan hal yang sunnat-sunnat dalam berwudhu’.
3. Mendahulukan yang Kiri dari yang Kanan.
4. Meminta tolong orang lain untuk menuangkan air sewaktu kita berwudhu’. Sementara kita dalam keadaan sehat wal-afiat.
5. Melebihkan dari tiga kali Membasuh atau Menyapu.

Yang Membatalkan Wudhu’ ada Lima Perkara
1. Keluar sesuatu dari salah satu pada Dua jalan : Qubul atau Dubur.
Misalnya kentut, kencing, buang air besar. Dan lain sebagainya.
2. Hilang ‘Akal disebabkan Gila atau Mabuk / Pingsan.
3. Tidur yang tidak tetap pada tempat duduknya.
Misalnya kita ingat sewaktu awalnya tidur terlentang, namun ketika sadar sudah miring.
4. Menyentuh Qubul atau Dubur dengan telapak tangan (perut jari).
5. Tersentuh kulit Pria dengan Wanita yang Halal Nikah.

Berwudhu’ dengan Lafaz-lafaznya.
Sebelum lafaz berwudhu’, maka sebaiknya kita sertakan sunnat-sunnatnya, agar memudahkan kita menangkap pelajaran berwudhu’ ini, yaitu sekali jalan dengan wajin :
Pertama membaca Basmallah

لبـــسْــــــــــــــــــمِ الـلّــــــهِ الــرَّ حْـــمـــنِ الــرَّ حِـــــيْــــمِ

“Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyang”.

Menurut riwayat Abu Daud dan lainnya. Bahwa Rasulullah Saw. Bersabda : “Tidaklah sempurna Wu dhu’ seseorang yang tidak membaca Basmallah di permulaannya”. (Kitab Al-Azkar Halaman 14)
Bersamaan membaca Basmallah ini, kita perhatikan Hadits :

Bagaimana Cara Berwudhu’ yang Baik.

عَنْ عُسْـمَانَ بْـنِ عَـفَّانَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَـنْـهُ دَعَا بِــوُضُـوْءٍ فَــتَــوَ ضَّـأَ فَــغَـسَــلَ كَــفَّــيْــهِ ثَــلاَثَ مَــرَّ اَتٍ، ثُـــمَّ مَـضْمَـضَ وَ اَ سْــتَـــنْــثَـــرَ ثُـــمَّ غَـسَــلَ وَجْــهَــهُ ثَــلاَثَ مَـرَّ اَتٍ، ثُــمَّ غَسَـلَ يَــدَ هُ الـْـيُــمْــنَى إِلىَ الْـمَـرَ فِـقِ ثَــلاَثَ مَـرَّ اَتٍ، ثُــمَّ غَسَـلَ يَـدَ هُ الْــيُـسْـرَى مِثْــلَ ذ لـِكَ، ثُــمَّ مَسَــعَ رَ أَسَــهُ، ثُـــمَّ غَسَــلَ رِجْــلَــهُ الْــيُـمْـنَى إِلىَ الْــكَــعْــبَــيْــنِ ثَـــلاَ ثَ مَـرَّ اَتٍ، ثُــمَّ غَسَـلَ الْــيُسْــرَ ى مِــثْـــلَ ذ لـِكَ، ثُــمَّ قَالَ رََ أ يْتُ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ تَــوَ ضَّــأَ نَـحْـوَ وُضُـوْ ئِ هـذَا، ثُــمَّ قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ مَنْ تَــوَضَّــأَ نَـحْـوَوُضُـوْ ئِ هـذَا ثُـــمَّ قَـا مَ فَــرَ كَـــعَ رَ كْـــعَـــتَــــيْــنِ لاَ يـُحَــدَّثُ فِـيْــهِـمَا نَــفْــسَــهُ غُـفِـرَ لَـــهُ مَـا تَـــقَـدَّ مَ مِنْ ذ نْـــبِــهِ

“Dari ‘Usman bin ‘Affan r.a. “Bahwa ia meminta air untuk Berwudhu’. Dibasuhnya Dua Tapak tangannya tiga kali, lalu Berkumur-kumur tiga kali. Kemudian memasukkan air ke Hidung tiga kali. kemudian membasuh Muka tiga kali. Kemudian menyiram Tangan kanan dari Jari hingga ke Siku tiga kali. (menggosoknya adalah Sunnat). Demikian pula yang sebelah kiri. Kemudian menyapu Kepala tiga kali. kemudian menyiram Kaki kanan dari mulai Jari hingga ke Mata kaki. Demikian pula kaki yang sebelah kiri. Kemudian ‘Utsman berkata :”Beginilah saya lihat Rasulullah Saw. Berwudhu’. Dan katanya pula: ”Bersabda Rasulullah Saw. “Barangsiapa yang Berwudhu’ serupa dengan Wudhu’ku ini, kemudian Sholat Dua raka’at (sunat Wudhu’) dengan khusu’. Niscaya diampuni Allah SWT segala dosa-dosa yang telah diperbuatnya”.
(H.R. Shohih Muslim. Nomor : 138 pada hal : 180)

Wahai insan ! Hadits di atas sangat jelas, membimbing kita dalam melaksanakan Wudhu’. Hanya saja sering kita lihat kebanyakan manusia terbalik dalam pelaksanaan mengambil Wudhu’ tersebut. Yaitu penyiraman yang dianjurkan dari Jari Tangan ke siku, tetapi kebanyakan manusia malah menyiramnya dari Siku ke-Jari. Bukankah itu terbalik namanya ? Untuk itulah perlunya kita menuntut ‘ilmu !

Doa ketika melihat air sewaktu akan berwudhu’ :

لبِــسْـــــــــمِ الـلّـــــــــهِ ، ا لْـحَــمْــدُ لــِلّـــــــــهِ الَّـــذِ يْ جَــعَــلَ الْـــمَـآءَ طَـــهُـــرً ا

"Dengan Menyebut Nama Allah. Segala puji hanya bagi Allah
yang telah menjadikan air ini suci (dan mensucikan)".

Kita perhatikan lafaz-lafaznya.
Jika Hadits di atas menuntun kita dalam Pekerjaan Anggota Tubuh, maka kita akan memperhatikan pekerjaan Lisan dan pekerjaan Hati. Hal ini sebetulnya bukan dilafazkan. Karena ia adalah ucapan pada Niat. Sementara Niat letaknya di dalam Hati. Tetapi jika dilafazkan (diucapkan), itu semua hanya untuk pendorong bagi Hati agar ingat. Dan jika diucapkan. Maka bunyinya sekira-kira demikian :

نَــوَ يْـتُ الْــوُضُوْ ءَ لـِـرَ فْــعَِ الْـحَــدَثِ اْ لأَ صْـخَـرِ فَـرْ ضً لــِلَّـــهِ تَـــعَـالىَ

“Sengaja aku Berwudhu’ Mengangkat Hadats kecil fardhu karena Allah Ta’ala”.

نَــوَ يْتُ رَ فَـعََ الْـحَـدَثِ اْلإِ سْــتِــبَاحَـةِ الصَّـلاَ ةِ فَـرْضً لــِلّـــهِ تَــعَـالىَ

“Sengaja aku mengangkat Hadats kecil. Untuk melaksanakan Sholat. Fardhu karena Allah Ta’ala”.

Menurut An-Nasa’iy pernah Nabi Saw. membaca ketika mau berwudhu’ seperti :

اَلـلّـــهُمَّ اغْـفِـرْ لـِى ذُ نُـبـِى وَوَسِّــعْ فِى دَ ارِى وَ بَارِ كْ لـِى فِى رِزْ قِ

"Ya Allah. Ampunilah Dosaku. Serta lapangkanlah rumah tanggaku. Dan berilah keberkahan dalam Rezekiku". (H.R. Sunan. An-Nasa’iy)

Doa ketika membasuh kedua tapak tangan dalam berwudhu’ :

اَلـلّـــــهُمَّ إِ نـِى أَسْــأَ لُـكَ الْــيُـمْـنَ وَ الْــبَــرَ كَــةَ وَ أَ عُـوْ ذُ بِـكَ مِنَ الـشُّــؤْ مِ وَ الْــهَــلَـــكَــةِ

"Ya Allah. Saya bermohon kepada Engkau keberkahan dari kedua Tanganku ini, serta saya berlindung kepada Engkau dari Sial dan Susah".

Doa ketika berkumur-kumur dalam berwudhu' :

اَلـلّــــهُمَّ أَ عِـنِّى عَـلىَ تِــلاَ وَ ةِ كِــتَا بِـكَ وَ كَــثْـرَ ةِ الـذِّ كْـرِ لَـكَ

"Ya Allah. Berilah saya pertolongan untuk membaca Kitab Engkau (Al-Qur-aan) Serta membanyakkan Zikir dan (Do’a) kepada Engkau".

Doa ketika memasukkan air ke dalam hidung ketika berwudhu' :

اَلــلّـــــهُمَّ أ وْ جِـدْ لـِى رَ ا ئِـحَـةَ فِى الْـجَــنَّــةِ وَ أَ نْـتَ عَــنِّى رَاضٍ

"Ya Allah. Limpahkanlah kepadaku bau-bauan (semerbak). Wewangian yang ada di dalam syurga. Dengan keridhoan-MU pada saya".
Doa ketika mengeluarkan air dari dalam hidung ketika berwudhu' :

اَلــلّــــهُمَّ إِ نـِى أَ عُـوْ ذُ بِـكَ مِنْ رَ وَ ا ئـِــحِ الــنَّـارِ وَ مِنْ سُـوْ ءِ الـدَّ

"Ya Allah. Saya berlindung kepada Engkau dari pada bau-bauan Api Neraka. Dan dari segala kejahatannya tempat itu. (Neraka)".

Doa ketika membasuh muka ketika berwudhu'
Setelah kita ber-Niat :

اَلــلّـــــهُمَّ بَــيِّـضْ وَجْـهِى بِــنُـوْ رِ كَ يَــوْ مَ تُــبَــيِّـضُ وُجُـوْ هَ أَوْ لــِـيَا ئِــكَ
وَ لاَ تُـسَــوِّ دْ وَجْـهِـى بـِـظُــلُــمَا تِـكَ يَــوْ مَ تُــسَــوِّ دُوُ جُـوْ هَ أَ عْــدَ ا ئِــكَ

"Ya Allah. Mohon putihkanlah wajah saya, dari cahaya Engkau. Pada hari diputihkannya seluruh wajah para pemimpin (Nabi-nabi dan Rasul-rasul) Engkau. Dan janganlah hitamkan wajah saya dengan pekat. Pada hari dihitamkannya wajah-wajah para musuh-musuh Engkau".

Doa ketika membasuh tangan yang kanan dalam berwudhu' :

اَلــلّـــــهُمَّ اَ عْـطِــنِـى كِــتَـا بِـى بِــيَــمِــيْــنِـى حِسَابــًا يَــسِـــيْــرًا`

"Ya Allah. Mohon berikanlah Kitab (tulisan amal -amal) pada Tangan Kanan saya, serta dengan perhitungan (Hisab) yang sedikit".

Doa ketika membasuh tangan kiri dalam berwudhu':

اَلـلّــــهُمَّ إِ نـِى أَ عُـوْ ذُ بِـكَ أَنْ تَــعْـطِــيْــنِتى كـِـتَـابِـى بِــسِــمَـالِى أَوْ مِنْ وَ رَ اءِ ظَــهْــرِى

"Ya Allah. Saya berlindung kepada Engkau, semoga janganlah Engkau berikan Kitab saya (tulisan Amal -amal) jahat pada sebelah kiri saya. Atau dari sebelah belakang saya".


Doa ketika menyapu sebagian kepala dalam berwudhu' :

اَلـلّـــــهُمَّ غَـشِــنِـى بِــرَحْــمَــتِـكَ وَ أَ نْـــزِ لْ عَـــلَـيَّ مِـنْ بَــرَ كَـاتِــكَ وَ أَظِـلْـنِى تَـحْتِ ظِــلِّ عَـرْشِــكَ يَـــوْ مَ لاَ ظِـــلَّ إِ لاَّ ظِـــلُّــكَ

"Ya Allah. Lindungilah saya dengan Rahmat-MU, serta Limpahkanlah kepada saya Berkah dari Engkau. Dan teduhkanlah saya di bawah Arasy-MU. Pada hari yang tidak ada perlindungan hanya Arasy Engkau".

Doa ketika membasuh dua telinga dalam berwudhu' :

اَلـلّـــــــــــــــهُمَّ اجْـلْـنِى مِنَ الَّذِ يْـنِ يَسْـتَـمِـيْـعُـوْنَ الْــقَـوْلَ فَـــيَــتَّـــبِـعُـوْنَ أَحْسَــنَـهُ اَلــلّـــــهُمَّ اسْـمِـعْـنِـى مُــنَادِ يَـاالْـجَــنَّــةِ مَـعَ اْ لأَ بْـرَ ارَ

"Ya Allah. Anugerahilah saya termasuk orang-orang yang mau mendengarkan perkataan (yang baik) Kemudian (mau) mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya. Ya Allah. Perdengarkanlah kepada saya seruan dari Syurga bersama orang-orang yang Taqwa (dan baik-baik)".

Doa ketika menyapu tengkuk dalam berwudhu' :

اَلـلّـــهُمَّ فُكَّ رَ قَــبَـتِى مِنَ الـنَّارِوَ أَعُـوْذُ بِكَ مِنَ السَّـلاَسِلِ وَ اْلأَغْلاَلِ

"Ya Allah. Bebaskanlah kuduk saya dari (belenggu) api Neraka, serta saya berlindung kepada Engkau dari rantai api Neraka dan balok kayu api Neraka".

Doa ketika akan membasuh kaki kanan dalam berwudhu' :

اَلـلّـــهُمَّ ثَــبِّتْ قَـدَ مِى عَلىَ الصِّـرَاطِ يَـوْ مَ تَـزِ لُّ اْلأَ قْـدَا مُ فِى الـنَّارِ

"Ya Allah. Mohon tetapkanlah Kaki saya pada jalan di atas Shirotol Mustaqiim. Pada hari terjatuhnya segala Kaki ke dalam Api Neraka".

Doa ketika akan membasuh kaki kiri dalam berwudhu' :

اَلـلّـــــهُمَّ إِ نـِى أَ عُـوْ ذُ بِـكَ أَ نْ تَــزِ لَّ قَـدَ مَايَ عَـلىَ الـصِّـرَ اطِ يَـوْ مَ تـَــزِ لُّ أَ قْـدَ ا مُ الْـمُـــنَا فِــقِــيْــنَ فِى الــنَّارِ

"Ya Allah. Saya berlindung kepada Engkau dari pada tergelincir jatuh kedua Kakiku di atas Jembatan Shirotol Mustaqiim. Pada hari terjatuhnya Kaki-kaki orang-orang Munafiq kedalam Api Neraka kelak".

PERHATIAN

Menurut Sunan An-Nasa’iy. Do’a yang dibaca pada tiap-tiap Anggota Wudhu’ Tiada yang Shohih (lemah). Tinggal pulang terserah kepada kita. Mau baca atau tidak.
Tetapi mengapa ditempatkan ditulisan ini ? Diterangkan Do’a tersebut dalam pelajaran ini ialah agar Tuan-tuan tidak penasaran, manakala ada orang yang mengatakan disetiap membasuh Anggota Badan itu ada Do’anya. Walaupun ia Hadits Dho’if. Perlu rasanya kita ketahui sampai dimana kedho’ifannya tersebut.
Dan pegangan bagi orang Muslim dalam hal Berwudhu’ ini, adalah Surah Al-Ma-idah ayat 6. Sebagaimana yang tersebut diatas. Dan dilanjutkan dengan memperhatikan Hadits-hadits Rasulullah Saw.

Dalil tidak diterima sholat tanpa berwudhu'

عَـنْ أَبِـِىهُرَ يْـرَ ةَ يَـقُـوْلُ قَالَ رَسُوْلُ الـلّــهِ صَـلَّىالـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَـلَّـمَ لاَ تُــقْــبَــلُ صَـلاَ ةُ مَنْ أَحْـدَثَ حَــتَّى يَــتَــوَ ضَّـأَ قَالَ رَجُوْ لٌ مِنْ حَـضْرَ مَـوْتَ مَاالْحَـدَثَ يَـآ أَ بَـاهُرَ يـْرَ ةَ ، قَالَ فَـسَـاءٌ أَوْضُرَ اظٌ

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: ”Rasulullah Saw. Bersabda :”Tidak diterima Sholat orang yang masih Berhadats. Sehingga ia Berwudhu’. Seorang Laki-laki dari Hadhramaut bertanya : Apakah Hadats itu Wahai Abu Hurairah ? ia menjawab :”Kentut yang tidak berbunyi maupun Kentut yang berbunyi”. (H.R. Shohih Al-Bukhari Juz I No 34 pada Hal : 112)

عَنْ أَبـِى هُـرَ يْـرَ ةَ عَنْ مُحَـمَّـدٍ رَسُـوْ لِ الـلّـــــهِ صَــلَّى الـلّــــــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَـلَّـمَ فَذَكَــرَ أَحَادِيْثَ مِنْـهَا وَ قَالَ رَسُـوْلُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ لاَ تُـــقْــبَــلُ صَـلاَ ةُ أَحَـدِكُـمْ إِذَا أَحْدَثَ حَــتَّـى يَــتَــوَ ضَّــأَ

“Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata :”Bersabda Rasulullah Saw. :”Tidak Sah Sholat seseorang yang Berhadats. Sebelum ia Berwudhu". (H.R. Muslim)


Yang melebihkan jumlah

عَنْ عَـمْـرُ بْـنُ شُـعَــيْـبَ عَـنْ أَ بِــــيْــهِ عَـنْ جَـدِّ هِ قَالَ جَا أ َعَرَ بِـيٌّ إِ لَى الـنَّـبِـيُّ صَـلَّى الـلّـــــــــهُ عَـلَــيْـــهِ وَسَــلَّـمَ يَسْــأَ لُــهُ عَنِ الْـوُضُوْءِ فَــأْ رَ اَ هُ الْـوُ ضُوْ ءَ ثَــلاَ ثَـا، ثُــمَّ قَالَ هكَــذَا الْــوُضُـوْ ءَ فَـمَـنْ زَ ادَ عَـلىَ ذَ ا لـِكَ فَــقَـدْ أَ سَــأَ وَ تـَــعَـدَّ ى وَ ظَــلَــمَ

“Dari Amru bin Syu’aib. Dari ayahnya. Dari Kakeknya berkata : ”Pernah seorang Arab dusun datang kepada Nabi Saw. sambil menanyakan tentang Wudhu’ Maka Beliau memperlihatkan cara Berwudhu’ dengan membasuh setiap anggota Wudhu’ Tiga kali. kemudian beliau bersabda ”Ini contoh berwudhu’ paling sempurna. Barangsiapa yang menambah lebih dari ini. berarti ia telah berbuat salah. Melampaui batas dan berbuat Zalim”. (H.R. Kitab Sunan An-Nasa’iy. Juz I Halaman : 70)

Berwudhu’ dengan Air Laut.

عَـنْ سَــعِــيْـدٍ بْـنِ سَــلَــمَــةَ أَنَّ الْــمُـغِــيْــرَ ةَ بْـنِ أَبـِى بُــرْدَ ةَ مِنْ بَـنِى عَـــبْـدِالـدَّارِ أَخْــبـَـرَ هُ أَ نَّــــهُ سَــمِـــعَ أَ بـَا هُـرَ يْـرَ ة َ يَـــقُــوْ لُ سَــأَ لَ رَجُـوْ لٌ رَسُوْ لُ الـلّــهِ صَـلَّىالـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ ، فَـقَالَ : يـَارَسُوْ لَ الـلّـــهِ إِ نَّـا نَـرْ كَـبُ الـْـبَـحْـرَ وَ نَـحْـمِـلُ مَــعَــنَا الْــقَــلِـــــيْــلَ مِـنَ الْــمَاءِ فَــإِنْ تَــوَ ضَّـأَ نَـابِــهِ عَـطَــشْـــنَا أَ فَــنَــتَــوَضَّاءَ مِنْ مَاءِ الْــبَحْـرِ، فَـقَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــــهِ صَــلَّى الـلّــــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ، هُـوَ الطَّـــهُـوْ رُ مَا ؤُ هُ الْـحِــلُّ مَــيْــتَـــتَـــهُ

“Dari Sa’id bin Salamah. Dari Mughirah bin Abi Burdah. Dari Suku Bani ‘Abdud-Daar. Telah memberitahukan kepadanya, bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a. berkata ”Ada seorang Lelaki yang bertanya kepada Rasulullah Saw. “Ya Rasulullah. Kami berada di atas Kapal. Kami hanya membawa air sedikit, yang jika kami pakai untuk berwudhu’. Maka kami akan mati kehausan. Bolehkah kami Berwudhu’ dengan air Laut ?”. Jawab Rasulullah Saw : ”Laut itu suci Airnya dan Halal bangkainya” (H.R. An-Nasa’i. Juz I No 58 : 26)

Wahai Saudara-saudaraku ! Kebanyakan dari orang Muslim bisa berkata : itu Halal, Dan itu Haram ! Tetapi, manakala ditanya mana Dalilnya ? Maka mereka semua diam dan geleng-geleng Sapi. Mungkin benar. Kalau ada orang mengatakan : ”Bahwa Seratus tahun kemunduran Islam, Ingatlah ! Al-Qur-aan telah menegaskan agar Manusia “Allazii ‘Allama bil-Qolam. ‘Allamal Insaana ma lam ya’lam” (Yang telah mengajar manusia dengan Kalam. DIA yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya) Lalu mengapa orang Muslim kurang mau memahami Dalil-dalil Al-Qur-aan & Hadits ?

Berwudhu’ dengan Air Es.

عَـنْ أ َبِـى زَرْعَـةِ بْـنِ عَـمْـرُو بْـنُ جَـرِ يْـرِعَنْ أَبِـى هُـرَ يْـرَ ةَ عَنْ أَبِـى هُـرَ يْــرَ ةَ كَـانَ رَسُـــوْ لُ الـلّـــــــــهِ صَـلَّىالـلّــــــــــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـــلَّــمَ ، إِ ذَاسْــتَـــفْـــتَــحَ الصَّــلاَ ةَ سَــكَـتَ هُــنَـــيْـــهَـةً فَــقُــلْتُ بِـأَبِـى أَ نْتَ وَ أَ فِيْ يَـارَسُـوْ لُ الـلّــهِ مَا تَــقُـوْ لُ فِى سُــكُـوْ تِـكَ بَــيْـنَ الـتَّــكْـبِــيْـرِ وَ الْـقِـرَاءَ ةِ قَالَ أ قُـوْ لُ أَ لـلّــــهُمَّ بَاعِـدْ بَـيْـنِيْ وَ بَـيْـنَ خَـطَا يَايَ كَـمَا بَاعَـدْتَ بَــيْـنَ الْـمَـشْـرِقِ وَ الْـمَـغْـرِبِ، اَ لـلّـــــهُمَّ نَــقِّــنِيْ مِنْ خَـطَا يَا يَ كَــمَا يُــنَــقَّىالـثَــوْبُ اْلأَ بْــيَــضُ مِـنَ الـدَّ نَــسِ، اَلـلّـــــهُمَّ اغْـسِـلْــنِيْ مِنْ خَـطَا يَـايَ بِـالْــثْـــلْـــجِ وَ الْـــمَاءِ وَ الْــبَــرَ دِ

“Dari Abi Zur’ah bin Amru bin Jarir r.a. dari Abu Hurairah r.a. katanya : “Biasanya Rasulullah Saw. jika telah memulai Sholatnya (Bertakbir), Maka Beliau diam sebentar. Aku bertanya : ”Demi Ayah dan Ibuku Ya Rasulullah. Apa yang kamu baca diantara Takbirotul Ihram dan Qiro’ah ? Jawab Rasulullah : “Aku membaca Do’a (artinya):”Ya Allah. jauhkanlah antara aku dengan Dosa-dosaku, sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah. Sucikanlah aku dari Dosa-dosaku, sebagaimana disucikannya Kain putih dari segala kotoran. Ya Allah cucilah aku dari Dosa-dosaku dengan Es. Dengan Air. Dengan Embun” (H.R.Sunan An-Nasa’iy. Juz I pada halaman : 28)

Berwudhu' dengan Air Embun.

عَـنْ حَـبِــيْـبِ ا بْـنِ عُــبَــيْـدٍعَنْ جُــبَــيْــرِ بْـنِ نـــفَـــيْــرِ قَالَ شَــهِــدْتُ عَـوْ فَا بْـنَ مَالـِكٍ يَــقُـوْ لُ : سَـمِــعْتُ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّىالـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ، يُصَـلِّىعَـلَى مَـيِّتُ فَـسَــمِــعْـتُ مِـنْ دُعَـائِــــهِ وَهُـوَ يَــقُــوْ لُ الـلّــــــــهُمَّ اغْـفِـرْ لَــهُ وَارْحَـمْـهُ وَعَافِـــهِ وَاعْــفُ عَـــنْـهُ وَ أَ كْـرِمْ نَــزُ لَـهُ وَوَسِّــعْ مَـدْ خَـلَـهُ وَ اغْـسِـلْـهُ بِـالْـمَاءِ وَ الـثَّـــلْــجِ وَ الْــبَـرَ دِ وَ نَــقِّــهِ مِنَ الْـخَـطَا يَا كَـمَا يُــنَــقَّ الـثَّـــوْ بُ اْلأَ بْــيَـضُ مِنَ الـدَّ الــنَّاسِ

“Dari Habib bin Ubaid. Dari Jabir bin Nufair. Katanya : ”Aku pernah melihat ‘Auf bin Malik berkata : ”Telah kudengar Rasulullah Saw. ketika men-Sholati Mayit. Beliau berdo’a :”Ya Allah. Ampunkan baginya. Rahmatilah ia. Selamatkanlah ia. Dan ma’afkanlah ia. Muliakanlah kedatangannya. Luaskanlah tempat tinggalnya. Dan cucikanlah ia dengan air Es dan Embun. Dan Sucikanlah ia dari Dosa-dosanya, sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran”. (H.R. Sunan. An-Nasa’iy. Juz I Nomor 61 Hal : 28)

Anjuran untuk menghirup air ke hidung dan menghembuskan keluar dengan sungguh-sungguh.

حَـدَّ ثَـــنَا أَحْـمَـدُ بْـنُ عَـبْدَ ةَ ، ثَـــنَاحَـمَّادُ بْـنُ زَ يْـدٍ، عَنْ مَـنْـصُـوْ ر، وَحَـدَّ ثَــــنَا أَ بُـوْ بَـكْــرِابْـنِ أَبِـى شَــيْـــبَــةَ، ثَـــــنَا أَ بُــوْ اْلأَحْـوَصِ، عَنْ مَـنْـصُـوْ رِ، عَـنْ هِـلاَ لِ بْـنِ يَــسَافٍ ، عَـنْ سَــلَــمَــةَ بْـنِ قَـــيْسٍ قَالَ : قَـالَ لـِى رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَسَــلَّــمَ : إِذَا تَـــوَ ضَّــأَتْ فَـانْـــثَـــرْ، وَ إِ ذَ ا اسْــتَـجْـمَـرْتَ فَــأَ وْ تِــرْ

“Mewartakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdah. Mewartakan kepada kami Hammad bin Zaid. Dari Manshur. Mewartakan kepada kami Abul Ahwash. Dari Mansyur dari Hilal bin Yasaf. Dari Salamah bin Qais. Ia berkata : ”Rasulullah Saw. berkata kepadaku : ”Apabila engkau Berwudhu’, maka Hiruplah air kedalam Hidung dan hembuskanlah air dari Hidungmu. Dan apabila engkau istinjak dengan bebatuan, maka ganjilkanlah”.
(H.R. Sunan Ibnu Majah. Juz I nomor : 406 Hal : 320)

Menyela-nyela janggut dalam berwudhu'.

حَـدَّ ثَـــنَا مُحَـمَّـدِ بْـنِ أ بِـى عُـمَـرَ الْــعَــدَ نِـيْ ، ثَــــنَا سُـفْـــيَانُ عَـنْ عَــبْــدُ الْـكَـرِ يْــمِ أَ بـِى أَ مَــيَّــةَ، عَـنْ حَـسَانِ بْـنِ ِبـــلاَ لِ ، عَـنْ عَــمَّارِ بْـنِ يَـاسِــرٍ، وَحَــدَّ ثَـــنَا إِ بْــنُ أَبِـى عُـمَــرَ قَـالَ : ثَـــنَاسُـفْـــيَانُ، عَـنْ سَــعِــيْـدِ بْـنِ أبِـى عَـرُوْ بَــةَ ، عَـنْ قَــتَادَ ةَ ، عَـنْ حَـسَانِ بْـنِ بِـــلاَ لِ عَـنْ عَـمَّارِ بْـنِ يَـاسَرٍ، قَالَ : رَ أَ يْـتُ رَسُـوْ لُ الـلّــهِ صَــلَّى الـلّــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ : يَـخْــلِّــلُ لـِحْـــيَـــتَـــهُ

“Mewartakan kepada kami Muhammad bin Abu ‘Umar Al-‘Adaniy. Mewartakan kepada kami Sufyan dari ‘Abdul Karim Abu Umamah. Dari Hasan bin Bilal. Dari ‘Umar bin Yasir. Mewartakan kepada kami Ibnu ‘Umar. Ia berkata :“Me wartakan kepada kami Sufyan. Dari Sa’id bin Abu ‘Arubah dari Qatadah. Dari Hasan bin Bilal. Dari ‘Ammar bin Yasir. Ia berkata : ”Aku melihat Rasulullah Saw. menyela-nyela (dengan jari tangan) Janggutnya dalam berwudhuk”. (H.R. Ibnu Majah. Dalam Sunannya)

Mengusap sebagian dari kepala.
Berdasarkan Hadits dari Mughirah r.a.

أَنَّ الـنَّـبِـيَّ صَـلَّىالـلّـــــــــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ ،تَــوَ ضَــأَ وَ مَـسَــحَ بِــنَا صِـيَــتِــهِ وَ عَــلَى عِــمَا مَـــتِــهِ وَ عَـلىَ الْـخُــفَّـــيْــنِ

“Bahwa Rasulullah Saw. Berwudhu’, membasuh Ubun ubunnya, di atas Sorbannya. Dan Sepatunya”. (H.R. Muslim. Kitab: “Kifayatul Akhyar)

Dan kita perhatikan hadits dibawah ini :
“Dari ‘Abdillah bin Zaid, ia berkata :”Bahwasanya ia pernah melihat Rasulullah Saw. mengambil air baru untuk mengusap dua Telinganya, bukan (sisa) air yang digunakan untuk Kepalanya”. (Hadits riwayat Baihaqi)Hadits itu juga terdapat dalam Riwayat Muslim dengan Riwayat yang sama dengan lafaz : “Dan Beliau mengusap Kepalanya dengan air yang baru”.
(Kitab Bulughul Maram No 41. Halaman 24)

Wudhu’ yang baik semoga bisa menghapus dosa.

عَنْ أَبِـى هُرَ يْـرَ ةَ ، أَ نَّ رَسُـوْ لُ الـلّــهِ صَـلَّىالـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَـلَّـمَ قَالَ : إِ ذَا تَـوَ ضَّــأَ الْـعَــبْـدُ الْـمُـسْـلِـمُ أَوْ الـمُـؤْ مِنُ فَـغَسَـلَ وَجْــهَـهُ خَـرَ جَ مِنْ وَجْــهِـهِ كُـلُّ خَـطِــيْــئَــةٍ نَـظَـرَ إِ لَــيْــهَا بِـعَــيْـنَـيْـهِ مَـعَ الْـمَـاءِأَوْ مَـعَ آخِـرِ قَـطْـرِالْـمَاءِ فَـإِذاغَـسَـلَ يَـدَ يْــهِ خَـرَجَ مِنْ يَـدَ يْـهِ كُـلُّ خَطِـيْـئَـةٍ كَـانَ بَـطَـشَــتَــهَا يَـدَاهُ مَــعَ الْــمَاءِ أَوْ مَــعَ آ خِــرِقَـطْـرِالْـــمَاءِ فَــإِذَاغَـسَـلَ رِجْـلَــيْــهِ خَـرَجَتْ كُـلُّ خَـطِـيْـئَـةٍ مَشَـتَــهَارِجْـلاَ هُ مَـعَ الْـمَاءِ أَوْ مَـعَ آخِـرِ قَـطْـرِالْــمَاءِحَــتَّى يَخْـرُجَ نَــقِــيًا مِنَ الـذُّ نُــوْ بِ

“Dari Abu Hurairah r.a. katanya : Rasulullah Saw. Bersabda : ”Apabila seseorang Muslim atau Mukmin Berwudhu’, Ketika ia mencuci Mukanya, maka hilanglah segala Dosa matanya, hanyut bersama air hingga tetes yang penghabisan. Apabila ia mencuci Tangan, maka hilang pulalah segala Dosa yang diperbuat oleh Tangannya. Hanyut bersama air hingga tetes yang penghabisan. Apabila ia mencuci Kakinya, maka hapuslah Dosa-dosa yang dilakukan oleh Kakinya. Hanyut bersama air, hingga tetes yang terakhir. Sehingga akhirnya ia bersih dari segala Dosa”.
(H.R. Muslim. Hadits No 190 Halaman : 128)

عـَنْ عُــثْــمَانَ بْـنِ عَــفَّانَ قَـالَ: قَـالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــــــهِ صَـلَّىالـلّــــــهُ عَـلَـــيْــهِ وَسَـلَّــمَ، مـَنْ تَــوَضَّــأَ فَــأَحْسَـنَ الْــوُضُـوْءَ خَـرَجَـتْ خَـطَا يَـا هُ مِنْ جَـسَـدِ هِ حَــتَّىتَـخْـرُ جُ مِـنْ تَـحْتِ أَ ظْــفَارِ هِ

“Dari ‘Utsman bin ‘Affan r.a. katanya Rasulullah Saw. bersabda : ”Barang siapa yang Berwudhu’ dengan sempurna, maka keluarlah segala Dosa dari Tubuhnya, sehingga dari bawah kukunya juga”. (H.R. Muslim)


Sunnat melebihkan wudhu' dari batas wajib.

عَـنْ نُــعَــيْـمِ بْـنِ عَــبْـدِالـلّـــهِ الْـمُـجْـمِـرِ قَالَ : رَ أَ يْتُ أَ بَا هُرَ يْـرَ ةَ يَـتَــوَ ضَّـأَ فَـغَسَـلَ وَجْــهَــهُ فَــأَسْــبَـخَ الْـوُضُوْ ءَ، ثُــمَّ غَسَـلَ يَـدَ هُ الْــيُـمْــنَى حَـتَّى أَشْـرَعَ فِىالْـعَضُدِ، ثُــمَّ يـَـدَ هُ الْــبُسْــرَىحَـتَّىأَشْـرَعَ فِى الْـعَـضُدِ ثُــمَّ مَسَـحَ رَ أَسَــهُ، ثُــمَّ غَسَـــلَ رِجْـــلَـــهُ الْــيُــمْــنَى حَـــتَّى أَشْـرَعَ فِى السَّاقِ، ثُـمَّ غَسَــلَ رِجْـلَـهُ الْـيُسْرَى حَـتَّى أََسْـرَ عَ فِى السَّاقِ ، ثُــمَّ قَـالَ هَـكَـذارَ أَ يْتُ رَسُوْ لَ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ ، يَــتَــوَضَّـأَوَ قَالَ : قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــــهِ صَـلَّى الـلّـــــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ ، أَ نْــتُــمُ الْــغُــرُّ الْـمُـحَأجَّــلُـوْنَ يَــوْ مَ الْـقِـــيَامَـةِ مِنْ إِِسْــبَاغِ الْـوُضُـوْءِ فَـمَنِ اسْـتَـطَاعَ مِنْـكُمْ فَــلْــيُطِـلْـغُـرَّ تُــهُ وَ تَـحْـجِــيْــلَــهُ


“Dari Nu’aim bin ‘Abdullah Al-Mujmir r.a. katanya : ”Aku melihat Abu Hurairah, mengambil Wudhu’. Mula-mula dicucinya Mukanya melebihi batas wajib dengan sempurna bagus. Kemudian dicucinya Tangannya yang Kanan hingga masuk ke lengan. Kemudian Tangannya yang Kiri hingga masuk ke lengan juga. Kemudian itu disapunya Kepalanya. Kemudian dicucinya Kaki Kanan hingga masuk ke betis. Setelah itu ia berkata :”Begitulah kulihat Rasulullah Saw. Berwudhuk”. Lalu disampaikannya Sabda Rasulullah Saw. : “Pada hari Qiyamat nanti, Anda semua akan tampak gilang-gemilang karena Anda menyempurnakan Wudhu’ Anda sebagus-bagusnya. Karena itu lebih kanlah batas-batas tertentu yang diwajibkan mencucinya ketika Berwudhuk”. (H.R. Muslim. No 192 Halaman : 130)


Dalil Yang Membatalkan Wudhu’.

Yang termasuk Najis ialah semua yang keluar dari Qubul dan Dubur seperti :
1. Keluar sesuatu dari salah satu pada Dua jalan : Qubul atau Dubur.
Misalnya : Kentut. Buang air besar. Dan Kencing.

أَ وْ جَـآءَ أَ حَــدٌ مِّــنْــكُـمْ مِّــنَ الْـــخـآ ئِـــطِ

“Atau datang seseorang di antara kamu dari Kakus/Jamban/WC” (Q.S. An-Nisaa’: 43)

عَنْ أَبِـى هُـرَ يـْرَ ةَ يَــقُـوْ لُ قَالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَ سَـلَّمَ لاَ تَــقْــبَــلُ صَــلاَ ةُ مَنْ أَحْـدَثَ حَــتَّى يَــتَــوَ ضَّــأَ قَـالَ رَجُــوْ لٌ مِنْ حَـضْرَ مَـوْتَ مَـا الْـحَــدَثَ يَـآ أَ بـَاهُـرَ يـْرَ ةَ ، قَالَ فَـسَاءٌ أَ وْضُـرَ ا ظٌ

“Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata : ”Rasulullah Saw. bersabda :”Tidak diterima Sholat orang yang masih Berhadats. Sehingga ia Berwudhu’”. Seorang Laki-laki dari Hadhramaut bertanya :”Apakah Hadats itu Wahai Abu Hurairah ? ia menjawab :”Kentut yang tidak berbunyi maupun Kentut yang berbunyi”. (H.R. Shohih Al-Bukhari Juz I No 34 pada Hal : 112)

إِذَا اَ قْــبَـلَتِ الْـحَــيْــضَــةُ فَـدَ عِى الصَّـــلاَ ةَ، فَــإِذ َاذَ هَبَ قَدْ رُهَا فَاغْسِــلِى
عَــنْــكِ الـــدَّ مَ وَ صَــلِّى

“Apabila Haidh tiba. Tinggalkan Sholat. Apabila telah selesai. Mandilah dan Sholatlah”. (H.R. Al-Bukhary dan Muslim)
Dalil yang berkenaan dengan Kencing. Termasuk Dosa yang tidak memperhatikan atau menjaga Pakaian dan Tubuhnya dari Kencingnya :

عَـنَ ابْـنِ عَــبَّاسٍ قَالَ مَـرَّ الـنَّـبِـيُّ صَـلَّىالـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ ، بِــقَــبْـرَ يْـن فَــقَالَ : إِنَّـــهُـمَالَـــيُـعَـذَّ بَـانِ وَ مَا يَــعَـذَّ بَـانِ فِىكَــبِــيْــرٍ، أَ مَّا أحَـدُ هُـمَافَـــكَـانَ لاَ يـَـسْـــتَــتِـــرُ مِنَ الْـــبَــوْ لِ وَ أَ مَّا اْلآخَــرُ فَــكَـانَ يُــمْــشِى بِـاالـنَّـمِـيْـمَـةِ، ثُــمَّ أَخَـذَجَـرِ يْــدَ ةً رَطْــبَـةً فَـشَــقَّــهَا نِـصْــفَــيْـنِ فَـغَـرَزَ فِىكُـلِّ قَــبْـرٍ وَاحِدَ ةً قَالُـوْا يـَآرَسُـوْ لُ الـلّـــهِ ؟ لِــمَ فَــعَــلْـتُ هـذَا قَالَ لَــعَــلَّــــهُ يـُـخَــفَّــفُ عَــنْـــهُـمَا مَالَـمْ يَـــيْـــبَــسَا

“Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata : ”Nabi Saw. Berjalan melalui Dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda ”Sesungguhnya orang yang berada di dalam kubur ini disiksa. Ttetapi bukan disiksa karena mengerjakan Dosa besar. Adapun yang seorang dari keduanya itu. Tidak beristinja’ dengan sebersih-bersihnya dari kencingnya. Sementara yang lain. Suka berjalan dengan menyampaikan kata-kata yang berupa Adu Domba. Kemudian Beliau mengambil setangkai Pelepah Kurma yang masih basah, lalu membelahnya menjadi dua bagian. Kemudian setiap belahan tadi dipancangkan pada setiap kubur (yakni masing-masing sebelah Pelepah Kurma). Para Sahabat bertanya :”Wahai Rasulullah. Mengapa engkau melakukan ini ?” Beliau bersabda : ”Mudah-mudahan keduanya diringankan (‘Azab kuburnya). Selama dua Pelepah itu belum kering”. (H.R.Shohih Bukhary. Juz I Hal : 158/159)

Dengan keterangan diatas, semoga sudah jelas bagi Muslim yang mau meng’amalkan dan memperhatikan Dalil dalam hal membatalkan Wudhu’.

2. Hilang ‘Akal disebabkan Gila atau Mabuk atau Pingsan.

يَـآ اَ يُّـــهَا الَّـذِ يْـنَ أ مَـنُـوْا لاَ تَــقْـرَ بُـوْ ا الصَّـلـو ةَ وَ أَ نْــتُـمْ سُـكَارى حَــتَّى تَــعْــلَــمُـوْ ا مَا تَــقُـوْ لُــوْ نَ

“Hai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu Sholat, ketika kamu sedang Mabuk, (hilang ‘akal) sehingga mengerti apa yang kamu ucapkan”…
(Q.S. An-Nisaa’: 43)

عَنْ مُـعَاوِ يَــةَ قَـالَ : قَـالَ رَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّىالـلّـــهُ عَـلَــيْـهِ وَسَــلَّـمَ ، أَ لْـعَــيْـنُ وَ كَـاءَ السَّــهِ، فَـإِذَا نَـا مَتَ الْــعَــيْــنَانِ اسْــتَـطْــلَــقَ الْـوِكَـاءُ، وَ مَنْ نَـامَ فَـــلْــيَــتَــوَ ضَّــاءَ

“Dari Mu’awiyyah r.a. ia berkata :”Bahwasanya Rasulullah Saw. telah bersabda : ”Mata itu adalah pengikat Dubur. Maka apabila telah tidur dua mata, terlepaslah pengikat itu”. (H.R.Ahmad dan At-Thabrany) dan tambahan dari Thabrany :“Barang siapa tidur. Hendaklah ia berwudhu’ kembali”.

Karena Rasulullah Saw. juga pernah bersabda : ”Orang tidur itu tangannya sering meraba-raba kearah dubur atau kemaluannya, sehingga bisa membatalkan Wudhu’. Namun kalau ia berani menjamin bahwa ia tidak meraba kesana kemari.

3. Tidur yang tidak tetap pada tempat duduknya.
Misalnya : Kita ingat sewaktu awalnya tidur terlentang, Namun ketika ia sadar, dilihatnya sudah miring. Tidur yang tidak tetap pada kedudukannya bisa membatalkan Wudhu’. Tetapi tidur yang dengan duduk dan tetap pada tempat duduknya tidak membatalkan Wudhu’. Sebab setiap duduknya akan tersungkur, ia sadar dan akan memperbaikinya.

4. Menyentuh Qubul atau Dubur dengan telapak tangan (perut jari).
Orang yang menyentuh kemaluan diri sendiri atau orang lain, maka batal wudhu’nya. Walaupun anak kecil, baik masih hidup atau sudah mati. Berdasarkan hadits :

سَــمِـعْـتُ رَسُـوْ لُ الـلّـــــــهِ صَــلَّى الـلّـــــــهُ عَـــلَـــيْــهِ وَسَـــلَّـمَ يَــقُــوْ لُ : مَنْ مَسَّ ذَ كَــرَ هُ فَـــلْـــيَـــتَـــوَ ضَــأْ

“Barangsiapa yang menyentuh Zakarnya. Maka hendaklah ia berwudhu’”.
(Abu Daud. An-Nasa’iy. At-Turmudzy. Ibnu Majah. Dan Ahmad)

5. Tersentuh kulit Laki-laki dengan Wanita yang halal Nikah.
Tersentuh Kulit Laki-laki dengan Wanita yang bukan Muhrim. Tanpa lapis :

…… أَ وْ لَـــمَـــسْــتُـــمُ الـنِّـــسَــــآءَ………

Atau tersentuh dengan Wanita” (yang bukan Muhrim nya) (Q.S. Sebagian dari surah An-Nisaa’ : 43)

Surah An-Nisaa’ dalam Teks Indonesia :
“Hai orang-orang yang Beriman ! Jangan kamu Sholat ketika kamu dalam keadaan mabuk. Sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. “Dan jangan pula kamu (memasuki) Masjid. Sekiranya kamu dalam keadaan Junub. (habis bersetubuh dengan istri) kecuali sekedar lewat saja, sehingga kamu mandi (Jenabat). ‘Dan jika kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau datang dari tempat buang air (kakus/Jamban/WC). “Atau kamu menyentuh Wanita. Kemudian kamu tidak mendapatkan air, (untuk berwudhu’), maka hendaklah kamu bertayamum dengan Tanah yang bersih. Dan sapulah Mukamu dan Tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af dan Maha Pengampun”. (Q.S. An-Nisaa’ : 43)

Dalam ayat yang panjang ini dapat melahirkan Hukum :
1. Jangan Sholat orang yang dalam keadaan mabuk.
Boleh Sholat jika sudah sadar apa yang diucapkan, jangan sedang hilang akal.
2. Hilang akal karena mabuk membatalkan Wudhu’ karena orang mabuk itu biasanya tidak tahu, apakah ia sudah kencing, atau sudah kentut dalam mabuknya itu.
3. Jangan Sholat sehabis bersetubuh dengan Wanita, kecuali kalau sudah mandi lebih dahulu.
4. Orang-orang yang habis bersetubuh boleh melalui (teras) Masjid. Tidak boleh masuk.
5. Orang yang sedang sakit atau dalam perjalanan yang tidak mendapatkan air, boleh Bertayamum saja, yakni mengganti air dengan Tanah menurut syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam Kitab-kitab Fiqih.
6. Begitu juga, sehabis buang air, besar atau kecil atau sesudah menyentuh Wanita yang bukan Muhrimnya. Maka batal wudhu’. Boleh bertayamum kalau tak ada air, tetapi jika ada air, wajib berwudhu’.
7. Semuanya itu : Hilang akal, bersetubuh, buang air besar/kecil, menyentuh wanita membatalkan wudhu’.

Inilah Dalil yang sangat kuat dari Al-Qur-aan yang menyatakan bahwa menyentuh Wanita itu, membatalkan Wudhu’ (tidak boleh Sholat). Arti dari ayat : Coba perhatikan dengan cermat. Kalimat untuk bersetubuh sudah ada ayatnya di atas. Tetapi menyentuh ayatnya di bawah. Dalam bahasa arab “Lamasa” itu artinya meyentuh. Bukan Bersetubuh. Dan bukan bercumbu atau berciuman.

23. Cara Mandi

Kita semua sangat yakin. Bahwa Tuan dan Puan semua telah banyak mengetahui Tata-cara dan Adab Mandi Junub/ Janabat ini. Tetapi tidak ada salahnya jika kita rangkumkan jua masalah ini. Demi untuk mengingatkan bagi yang lupa. Dan sebagai pegangan bagi yang belum tahu, yaitu bagi Anak Cucu kita. Karena masalah mandi Junub ini sangat rawan jika kita perhatikan perkembangan Zaman Modern sekarang ini. Kita kutipkan. Dimulai dari hadits dari A’isyah r.a. :

وَ عَنْ عَائِــشَــةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا قَـالَتْ : كَانَ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ. إِذَا اغْــتَـسَــلَ مِنَ الْـجَــنَّا بـَــة ِ يَــبْــدَ أُ فَــيَــغْــسِـلُ يَــدَ يْــهِ، ثُــمَّ يَــفْـرِ غُ بِــيَــمِــيْــنِــهِ عَــلَى شِـمَالِــهِ، فَــيَــغْــسِــلُ فَـرْ جَــهُ، ثُــمَّ يـَــتَــوَضَّــأُ، ثُــمَّ يَــأْجُـذُ الْــمَاءَ فَــيَــدْ خُــلُ أَصَـا بِــعَــهُ فِيْ أُ ضُـوْ لِ الـشَّــعْـرِ، ثُــمَّ حَــفَـنَ عَـلَى رَ أْ سِــهِ ثَــلاَ ثَ حَــفَــنَاتٍ، ثُــمَّ أَ فَـاضَ عَـلَى سَـأئِـرِ جَــسَــدِ هِ، ثُــمَّ غْــسَــلَ رِ جْــلَــيْــه ِ `

“Dari A’isyah r.a. katanya :”Rasulullah Saw. bila Mandi dari Janabat, mulai Membasuh kedua Tangannya. Kemudian Menumpahkan Air dengan Tangan kanannya kepada Tangan Kiri. Lalu Membasuh Kemaluannya. Kemudian Berwudhuk (Kecuali Membasuh kedua Kakinya. Karena Sesungguhnya Mencucinya dikemudiankan). Kemudian mengambil Air. Lalu memasukkan Jari-jarinya kepangkal-pangkal Rambut. Kemudian Menyiram Kepalanya dengan Tiga Gayung Air. Kemudian Beliau Menyiram seluruh Tubuhnya. Kemudian Membasuh kedua Kakinya”.
(Lafaz hadits dalam Riwayat Muslim. Bulughul Maram : 55)

Dan kita perhatikan Hadits yang lain :

عَنْ عَائِــشَـةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا قَـالَتْ، كَانَ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ : إِذَا اغْــتَــسَــلَ مِنَ الْــجَــنَا بَــةِ يـَـــبَــدَ أُ فَــيَــغْــسِــلُ يَــدَ يـْـهِ، ثُــمَّ يـَـفْـــَرغُ بِــيَــمِــيْــنِــهِ عَـلَى شِــمَالِــهِ فَــيَــغْــسِــلُ فَــرْ جَــهُ، ثُــمَّ يـَـتَــوَ ضَّــأُ وُضُـوْ أَ هُ للِـصَّــلاَ ةِ، ثُــمَّ يَــأْخُــذُ الْــمَـآءَ فَــيُــدْ خِــلُ أَصَا بِــعَــهُ فِى أُصُـوْ لِ الـشَّــعْـرِ حَــتَّى إِذَا رَ أَى أَنْ قَـدِاسْــتَــبْــرَ أَحَـفَـنَ عَــلَى رَ أْسِـهِ ثَـلاَ ثَ حَـفَــنَاتٍ، ثُــمَّ أَ فَـاضَ عَـلَى سَائِــرِ جَــسَـدِ هِ، ثُــمَّ غَــسَــلَ رِجْــلَــيْــهِِ `

“Dari A’isyah r.a. katanya :”Adalah Rasulullah Saw. apa bila Mandi Junub. Dimulai dengan Membasuh Dua Tangannya. Kemudian dituangkannya Air dengan Kanannya kebagian Kirinya. Lalu Membasuh Kemaluannya. Kemudian BerWudhu'. Seperti akan Sholat. Kemudian diambilnya Air lalu Memasukkan Jarinya ke Akar-akar Rambut hingga basah seluruhnya, dan disauknya Air keseluruh Tubuhnya. Akhirnya Baliau Membersihkan Dua Kakinya”. (H.R. Muslim Juz I Halaman : 213)

Berwudhu' sebelum mandi.

عَنْ عَائِــشَـةَ زَ وْ جِ الـنَّـبِـيِّ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، أَنَّ الـنَّـبِـيَّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، كَانَ إِذَا اغْــتَــسَـلَ مِنَ الْــجَــنَا بَــةِ بَـدَ أَ فَــغَـسَـلَ يَــدَ يْــهِ، ثُـمَّ يـَـتَـــوَ ضَــأَ كَــمَا يـَـــتَــوَضَــأُ لِلـصَّــلاَ ةِ، ثُــمَّ يـُـدْخِـلُ أَصَـابِــعَــهُ فِى الْــمَاءِ فَــيُـخَــلِّــلُ بِــهَا أُصُـوْ لِ شَــعْــرِ هِ، ثُـمَّ يَــصُبُّ عَــلَى رَ أْ سِــهِ ثَــلاَ ثَ غُـرَ فٍ بِــيَــدِ يْــهِ، ثُـمَّ يـُــفِــيْـضُ الْــمَاءَ عَــلَى جِـلْــدِ هِ كُــلِّــهَ `

“Dari A’isyah r.a. istri Nabi Saw. Bahwasanya apabila Nabi Saw. Janabah. Beliau mulai dengan Membasuh Kedua Tangan Beliau. Kemudian Beliau Berwudhuk sebagai mana Wudhuknya untuk Sholat. Kemudian Beliau Mema sukkan Jari-jari Beliau ke Air. Lalu Beliau Menyelang-nyelingi Pangkal Rambut. Kemudian Beliau menuangkan Tiga Gayung Air pada Kepala Beliau dengan kedua Tangan Beliau. Kemudian Menuangkan Air pada Kulit Beliau sendiri”. (H.R. Shohih Bukhari Juz I Halaman : 177)

Orang yang memulai dengan belahan kepalanya bagian kanan.

عَنْ عَائِـشَـةَ قَالَتْ كَــنَا إِذَا أَصَا بَتْ إِحْدَ ا نَاجَـنَا بَـةٌ أَخَـذَاتْ بِــيَــدَ يـْــهَا ثَــلاَ ثًا فَــوْ قَارَ أْ سِـهَا، ثُــمَّ تَــأْخُــذُ بِـــيَــدِهَا عَــلَى شَــقِّــهَا اْلأَ يْـمَـنِ وَ بِــيَـدِهَا اْلأُ خْرى

“Dari A’isyah r.a. ia berkata : “Apabila salah seorang di antara kami Junub. Maka ia mengambil air dengan kedua Tangannya Tiga kali untuk dibasuhkan di atas Kepalanya. Kemudian mengambil Air dengan Tangannya yang satu, untuk dituangkan pada belahan Kepala bagian yang Kiri”. (H.R. Shohih Bukhari Juz I Halaman 192)

رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا، أَنَّ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، كَانَ إِذَا اغْـتَسَــلَ مِنَ الْجَــنَا بَـةِ وَضـعَ لَــهُ اْلإِ نَـاءُ فَــيَـصُـبُّ عَـلَى يَــدَ يـْـهِ قَـبْـلَ أَنْ يُـدْخِـلَــهُـمَااْلإِ نَـاءَحَــتَّى إِذَا غْــسَــلَ يَــدَ يـْـهِ أَدْخَــلَ يـَـدَ يْــهِ الـيُــمْــنى فِى اِلإِ نَـاءِ، ثُــمَّ صَـبَّ بِالْـيُــمْـنى وَ غَـسَـلَ فَـرْجَــهُ بِـالْـيُــسْـرى حَــتَّى إِذَا فَـرَ غَ صَـبَّ بِـالْـيُــمْـنى عَــلَى الْــيُـسْـرى فَــفَـسَــلَــهُـمَا، ثُــمَّ تَــمَـضْـمَـضَ وَ ا سْــتَــنْــشَــقَ ثَــلاَ ثًا، ثُــمَّ سَـصُبُّ عَـلَى رَ أْ سِــهِ مِـلْءَ كَــفَّــيْــهِ ثَــلاَ ثَ مَــرَّ اتٍ، ثُــمَّ يُــفِــيْـضُ عَــلَى جَــسَــدِ هِ `

“Dari A’isyah r.a. katanya “Biasanya Rasulullah Saw. jika hendak Mandi Janabah. Maka Beliau Mencuci kedua Tangannya sebelum menyentuh air. Kemudian Beliau Mengambil air dengan Tangan Kanannya. Kemudian Beliau Menuangkan air ke Tangan Kirinya. Dan beliau Membersihkan Kemaluannya dengan Tangan Kiri. Setelah itu Beliau Mencuci Kedua Tangannya. Dan Beliau Ber kumur-kumur serta memasukkan air kedalam Hidung Tiga kali. Kemudian Beliau Menuangkan air ke atas Kepala dengan Telapak Tangan Tiga kali. Setelah itu barulah Beliau menyiramkan air Keseluruh Tubuhnya”.
(H.R. Sunan An-Nasa’iy Juz I Hadits No 243 Halaman 121)

عَنْ مُـوْس الْـجُـهَـنِى قَالَ إِ نِّـيْ مُـجَاهِدٌ بِـقَـدَ حٍ حَـزَ رْ تُــهُ ثَــمَا نِــيَــةَ أَ رْطَالٍ فَــقَالَ حَـدَّ ثَــتْـنِىعَائِـشَـةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا، أَ نَّ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ كَانَ يَــغْــتَــسِــلُ بِــمِــثْــلِ هـذَا `

“Dari Musa Al-Juhani. Katanya “Pada suatu hari Mujahid datang dengan sebejana air yang di perkirakan isinya ada Delapan Liter. Seraya berkata “Aku pernah Mendengar A’isyah.r.a. berkata“Bahwasanya Rasulullah.S.a.w. pernah Mandi dengan air di dalam Bejana sebesar ini”.
(H.R. An-Nasa’iy Juz I Hadits No : 223Halaman 113)

Tidak ada batasan air untuk mandi.

عَنْ عُـرْ وَ ةَ عَنْ عَائِــشَـةَ رَضِيَ الـلّــــهُ عَـنْـهَا قَالَتْ كُـنْـتُ أَغْـتَـسِـلُ أَ نَـا وَرَسُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، مِنْ إِ نَـاءٍ وَ احِـدٍ وَ هُـوَ قَـدْ رُ الْــفَـرَ قِ `

“Dari ‘Urwah dari A’isyah r.a. katanya “Aku pernah Mandi bersama Rasulullah S.a.w. dengan sebejana air yang cukup banyak airnya. Tak terhitung jumlahnya”. (H.R. An-Nasa’iy Juz I No 231 Halaman : 115)

عَنْ حُـمَـيْـدِ بْـنِ عَـبْـدِالـرَّحْـمـنِ قَالَ لَــقَـيْتُ رَجُلاً صَحِبُ الـنَّـبِـيِّ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، كَــمَاصَـحِـبُـهُ أَ بـُـوْ هُـرَ يـْـرَ ةَ رَ ضِيَ الـلّـــهُ عَـنْـهُ أَ رْ بَــعَ سِــنِــيْـنَ قَالَ نَـهـى رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، أَنْ يَــمْــتَــشِــطَ أَحَـدُ نَـا كُـلَّ يَـوْ مٍ أَ وْ يَــبُـوْ لَ فِى مُــفْــتَــسِــلِــهِ أَوْ يَــغْــتَــسِــلَ الــرَّ جُــلُ بِــفَـضْـلِ الْــمَـرْ أَ ةِ وَ الْـمَـرْ أَ ةُ بِــفَــضْـلِ الـرَّ جُــلِ وَ لْــيَـخْـتَـرِ فَـاجَــمِــيْــعًا`

“Dari Humaid Bin ‘Abdur-Rahmaan. Katanya “Aku pernah bertemu dengan seorang Sahabat Nabi yang telah Bersahabat dengan Beliau selama Empat Tahun, seperti Abu Hurairah r.a. ia berkata “Rasulullah Saw. Melarang kami untuk berlebihan Merias diri setiap harinya. Beliau Melarang kami Kencing di dalam tempat Mandi. Beliau Melarang Seorang laki-laki Mandi dengan air Bekas Mandi istrinya yang telah Mandi Janabah/Junub atau sebaliknya. Beliau Menganjurkan kami untuk senantiasa Mandi bersama istri-istri kami”. (H.R. An-Nasa’iy Halaman 117)

عَنِ اْلأَ سْـوَ دِ عَنْ عَا ئِــشَــةَ رَضِيَ الـلّـــهُ عَــنْــهَا قَـالَتْ ، رَ أَ يْــتُــنِـيْ أُ نَـازِ عُ رَ سُـوْ لُ الـلّـــهِ صَــلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْـهِ وَ سَــلَّـمَ، أَ لإِ نَـاءِ أَ غْــتَــسِــلَ أَ نَـا وَ هُـوَ مِــنْــهُ `

“Dari Aswad. Dari A’isyah r.a. katanya “Aku pernah Mandi bersama Rasulullah Saw. di dalam satu Bejana air”. (H.R. An-Nasa’iy Juz I No 235 Halaman : 116)

عَنْ جَا بَـرِ بْـنِ زَ يـْدٍ عَنِ ابْـنِ عَــبَّاسٍ قَالَ : أَخْــبِـرَ تْــنِـى مَــيْــمُـوْ نَـــةُ أَ نَّـــهَا كَا نَتْ تَــغْــتَــسِـلُ وَ رَ سُــوْ لُ الـلّـــهِ صَـلَّى الـلّـــهُ عَــلَــيْــهِ وَ سَــلَّـمَ، مِنْ إِ نَـاءٍ وَ احِــدٍ `

“Dari Jabir Bin Zaid Ibnu “Abbas r.a. katanya “Aku pernah diberitahu oleh Bibiku Maimunah. Bahwasanya ia pernah Mandi bersama Rasulullah Saw. dengan Sebejana Air”. (H.R. Sunan An-Nasa’iy Juz I No 236 Halaman : 116)

Semoga dengan beberapa keterangan Hadits pada pelajaran di atas. Mengenai cara-cara mandi Rasulullah Saw. bisa memadai bagi Ummat Islam mau menekuni Tata-Cara Mandi yang di tuntunkan Rasulullah Saw. kepada ummatnya.

Mandi dan Adab-adab Qolbunya.

اِ نَّــمَااْلأَ عْــمَالُ بِـالـنِّــيَاتِ وَ اِ نَّــمَالِـكُـلِّ امْـرِى ءٍ مَـا نَـــوى ...

"Amal-‘amal itu hanya dapat sah dengan Niat. Dan tiap-tiap orang, hanya dapat pahala ‘Amalnya dengan Niatnya”. (Muttafaqun ‘Alaih)

Menurut pendapat Qodhi Baidhowi. Beliau berkata “Niat itu ialah gejolak Hati mengarah kepada apa yang dianggap cocok dengan maksud orangnya. Tetapi oleh Syara’ dikhususkan pada Pengarahan Hati pada suatu Perbuatan untuk mendapatkan ke-Ridho-an Allah Ta’ala. Dan menta’ati Hukum Allah SWT (Kitab “Jami’us-Shoghir”).
Adapun mengenai Adab-adab Qolbiyah. Adalah hendaknya seseorang Mukhlisin ketika Mandi, tidak membatasi dirinya atau merasa cukup hanya pada penyucian Lahiriyahnya saja. Atau merasa cukup hanya membersihkan Jasad belaka.
Para orang ‘Arif. Memandang Penyucian Batiniah jauh lebih penting. Karena yang di dalam Batin tidak bisa disiram dengan guyuran air. Lalu digosok dengan Sabun mandi atau Deterjen dan diberus dengan Berus Ijuk atau berus Plastik.
Untuk itulah kita diajak memperhatikan Janabat batiniah. Karena Janabat batiniah itu sangat mudah merusak jiwa orangnya. Sebab di dalam batin itu bersarang Sifat-sifat yang buruk, yaitu “Sifat Hewaniah”. Dan Sifat “Rohmaniah”. Maka sebaiknya bagi yang ingin bersuci dari kekotoran. Maka jangan lalai membersihkan kotoran Batin tersebut. Jika Batin kotor. Maka orangnya sangat mudah masuk kedalam perangkap dan Bujukan Setan.
Dan bagi seseorang yang ingin bersih. Maka bersihkan pula Ruhaninya yang merupakan Titipan Allah Jalla Wa’azza. Itu adalah Ni’mat Allah yang tiada tara bandingannya di seluruh Alam. Bagi orang yang ‘Arif. Ia lebih Cenderung membersihkan Ruhaniahnya dari segala sentuhan Setan. Mereka akan memperbanyak Tawajjuh yakni menghadapkan diri hanya kepada Allah. Jangan hadapkan diri kepada yang selain Allah. Itu adalah merupakan Pohon terlarang …………
Menurut para ‘Arif. Bahwasanya Nabi Adam A.s. hanya sekali membuat kesalahan. Sekali memakan Buah Khuldi atau Buah terlarang. Yaitu Pohon Tabi’at yang menghadap kepada Dunia, serta menghadap kepada kejama’an yakni Al-Kosroh (Banyak Pandangan). Walaupun Hanya sekali. Kiranya perbuatan itu malah menjadi sumber utama Janabah.

Selama seseorang belum bersuci dari Janabah Batiniah ini, dengan Tenggelam di dalam Air Rahmat Allah. Serta belum membersihkan diri secara sempurna dengan air yang Mengalir dari pancaran ‘Arsy Robbaniah Allah SWT. yang bebas dari campur tangan setan, berarti ia belum bisa menegakkan Sholat yang Tekun dan Khusu’. Karena Sholat adalah Mi’rajul Mukminin. Tiada Sholat tanpa bersuci Lahir dan Batin. Demikianlah ungkapan para orang ‘Arif sejak zaman dahulu hingga zaman yang canggih sekarang ini.
Hal ini pernah disinggung oleh Syekh Muhammad Ash-Shadduq r.a. dalam Kitabnya “Al-Washoil”. Beliau menceritakan, bahwasanya datang sekelompk Orang Yahudi kepada Rasulullah Saw. lalu salah seorang yang paling pandai di antara mereka bertanya kepada Beliau “Apa sebabnya Allah Ta’ala Memerintahkan Mandi karena Janabah. Tetapi tidak Memerintahkan Mandi di karenakan Buang air kecil atau besar ?”.
Seraya Rasulullah Saw. menjawab “Sesungguhnya Adam A.s. ketika Memakan sesuatu dari Pohon. Maka makanan itu menyebar ke dalam Darah. Rambut. Dan Hatinya. Jika seseorang Bersetubuh dengan Istrinya. Maka keluarlah air dari seluruh Darah. Rambut Tubuhnya. Oleh karena itu Allah‘Azza Wajalla memerintahkan Wajib Mandi Janabah kepada semua keturunan Adam A.s. (Manusia) sampai Hari Qiyamat”.
Dalam riwayat lain. Dari Ali r.a. ia berkata “Adapun sebab mereka di Perintahkan Mandi yang dikarenakan Janabah. Dan tidak karena sebab Buang hajat besar atau kecil. Padahal jika ditilik kebenarannya. Hadats kecil lebih Najis dan kotor ketimbang Janabah itu sendiri. Tetapi karena Janabah itu adalah sesuatu yang keluar dari seluruh Tubuh Manusia. Sedangkan kotoran bukan dari… manusia semata, yakni dari saripati Tumbuh-tumbuhan. Dari Udara. Dari Tanah dan memasakkannya dari unsur Api. Dan Makanan tersebut masuk melalui satu pintu dan keluar dari pintu yang lain”.

Makna lahiriyah dari Hadits-hadits diatas. Sesuai dengan pendapat Ahli Zikir. Bahwa Nuthfah (Sperma-Mani) keluar dari seluruh bagian Badan. Maka wajib membasuh seluruh Tubuh. Pendapat ini sesuai dengan pandangan para Dokter dan Ahli Biologis.
Hikmah dari penjelasan tersebut, yang mengaitkan Mandi dengan Memakan Buah terlarang dan menjadi Janabah bagi Manusia. Sebenarnya membuka pintu Ma’rifah bagi Ahli Hikmah. Dan bagi orang yang mau meneliti diri.
Para orang ‘Arif menjadikan peristiwa Adam A.s. adalah sebagai sebab dari Ibadah Syari’at, seperti Berwudhu’. Membaca Dua Kalimah Syahadat. Sholat. Puasa di Bulan Ramadhan. Membayar Zakat. Dan Melaksanakan Ibadah Hajji ke Tanah Suci Makkatul Mukarromah dan Madinatul Munawwarah pada Bulan Dzul-Hijjah. Itu semua adalah penyebab.

Dengan demikian wahai Anak Cucu Adam A.s. kalian adalah Tunas dan Benih-benih untuk bertemu dengan Allah ‘Azza Wajalla. Engkau diciptakan untuk Ber-Ma’rifah kepada Allah SWT. sebab Allah telah memilih kamu untuk melaksanakan Hukum-hukum-Nya dimuka Bumi ini.
Ingatlah sejarah Nabi Adam A.s. Engkau di hormati dan disujuti oleh para Malaikat. Namun … Engkau juga dihasud dan dikhianati oleh Iblis La’natullah. Oleh karena itu. Jika Engkau ingin keluar dari Janabah Batiniah, sebagaimana asal-usulmu. Dan dikarenakan Engkau ingin bertemu dengan Hadirat Kekasih serta bersiap untuk sampai ke-Maqam Al-Uns. Dan Al-Quds. (Maqam-Suci). Maka mestilah engkau membasuh Batiniah Hatimu. Sebab ia adalah tempat Dzat Yang Maha Indah dan Maha Mulia.
Selanjutnya (Hindarilah) Zuhudlah kamu kepada urusan-urusan Dunia yang buruk ! Karena tempat perjumpaan dengan Al-Haq adalah Tempatnya orang-orang yang Suci. Dan baik-baik.
Demikianlah sekelumit goresan jari seorang yang Fakir dalam ‘Ilmu. Semoga saja bisa merambah ke lubuk Hati Sanubari pembaca yang budiman. Dan sangat diharapkan semoga Sauadaraku yang membacanya bisa lebih kreatif mengembangkannya, sehingga menjadi Mutiara yang indah.

Fardhu Mandi Tiga
1. Niat.
2. Menghilangkan Najis.
3. Meratakan Air keseluruh Tubuh.

Sunnat Mandi Enam Perkara
1. Membaca Basmallah.
2. Berwudhuk terlebih dahulu. Sebelum Mandi.
3. Menggosok Seluruh Tubuh dengan Tangan.
4. Menghadap Qiblat.
5. Meniga-niga kali. Membasuh seluruh Anggota Badan.
6. Mendahulukan yang Kanan dari yang Kiri.

Wahai Anak-anakku..!
Bahwa menghilangkan Hadats adalah upaya dan ikhtiar Manusia keluar dari ke-Akuan (Egoisme) dan berusaha menghindarkan diri dari Hawa Nafsu yang sering menjadi Hijab bagi Manusia. Bahkan merupakan upaya dan ikhtiar Manusia agar bisa keluar dari Kungkungan Hawa Nafsu secara menyeluruh. Karena selagi dalam diri Seorang hamba masih terdapat sisa-sisa Sifat ke-Akuan. Berarti ia masih termasuk Berhadats besar. Maka Penyembah dan yang disembah dalam dirinya adalah Setan, atau ia menyembah dirinya sendiri ……
Meski ku-isyaratkan jalan Petunjuk.
Tapi ……. Aku sendiri
Belum Memperoleh Petunjuk !!!
Meski Aku Uraikan Obat suatu Penyakit.
Tapi … Aku sendiri. Terus menerus menderita penyakit
Patutlah orang insyaf.
Bahwa mati sedang mengancam.
Dan Qiyamat akan menagih janji.
Insan mesti berdiri dihadapan Allah SWT
Untuk dihitung segala perbuatannya !
Anak Adam !!! Dirimu ……… Dirimu ………
Dirimu hanya satu.
Jika ia selamat. Maka selamatlah engkau.
Jika ia binasa. Maka binasalah engkau.
Orang yang telah selamat.
Tak akan sanggup menolong engkau.

No comments:

Post a Comment

Silahkan luangkan waktu anda untuk memberikan Sedikit Komentar Buat Kemajuan Blog ini.. Setetes Komentar anda sangat berarti buat saya ok tulis yaaa..

login di bawah ini!


RestaurantAsean
Bookmark and Share

Catatan Da'wah

Possibly Related

Iklan Jitu, Bermutu

Masukkan Code ini K1-CC8E97-A
untuk berbelanja di sini
BLOG INI MASIH DALAM TAHAB PERBAIKAN MOHON MAAF APABILA MENGGANGGU KENYAMANAN SAUDARA