Zaman ini, bisa dibilang sebagai masa euphoria Bani Israel. Masa yang ditunggu-tunggu sejak 30 abad silam. Suatu masa untuk mengulang kejayaan mereka, ketika dahulu Nabi Dawud dan Sulaiman mengangkat mereka menjadi ummat terkuat di tanah yang diberkahi, bumi Al Quds/Yerusalem. Namun siapa sangka, justru euphoria ini adalah isyarat yang tersurat dalam Al Quran, bahwa kehancuran mereka kian dekat.
Perjalanan panjang Bani Israel penuh liku. Melibatkan banyak Nabi dan Rasul, tempat bersejarah, raja dan tokoh dunia, kitab-kitab suci serta dalam rangkaian berbagai kejadian dan rentang waktu yang panjang. Sejarah mereka lebih banyak diliputi kisah kelam. Seperti antara lain: Penindasan oleh Fir’aun Mesir, perang saudara pasca Nabi Sulaiman di Palestina, penghancuran oleh penguasa Asyria, Babilonia dan Romawi, pengusiran pada masa Islam, hingga apa yang terjadi di masa kita, seperti pembunuhan besar-besaran oleh Nazi Jerman puluhan tahun silam. Akan tetapi semua kejadian memilukan di atas, sebenarnya adalah buah dari buruknya perilaku mereka yang tidak pernah berubah dari zaman ke zaman.
Kini mereka kembali. Tidak lagi seperti kisah David kecil yang melawan keangkuhan Goliath dengan bala tentaranya. Sebaliknya mereka bak Goliath yang mendominasi, menguasai sumber-sumber kekuatan dunia. Mulai dari perputaran dolar, persenjataan militer, hingga media opini public dan lobi-lobi internasional. Mereka kembali ke tanah impian, Palestina. Meskipun harus dengan mempertontonkan aksi brutal pengusiran bahkan pembunuhan terhadap warga setempat.
Dalam Al Quran kisah Bani Israel diceritakan sangat terperinci. Termasuk perihal kebangkitan dan masa kehancuran akhir zaman terhadap mereka. Perbuatan buruk dan perilaku kerusakan memang lekat dengan Bani Isarel. Bahkan sejak awal generasi mereka terukir. Kita mulai dari Yehuda bersaudara (cikal bakal Bani Isarael) yang telah bersekongkol untuk mencelakai saudara mereka sendiri, Yusuf. Masa berikutnya, mereka melakukan pembangkangan terhadap Nabi Musa, Rasul yang justru senantiasa mendampingi dan membimbing mereka, berpecah belah dan perang saudara sepeninggal Nabi Sulaiman. Kemudian konspirasi terhadap pembunuhan para Nabi (Nabi Zakariya, Yahya dan Isa alaihimussalam), mengubah ayat-ayat Allah, menolak kebenaran wahyu yang dibawa oleh Isa as, mempelopori praktek riba dan perzinahan, menutup-nutupi informasi Nabi akhir zaman serta merencanakan pembunuhan terhadap beliau, melancarkan fitnah bertubi terhadap Islam dan muslimin, dan berbagai kejahatan lainnya hingga kini.
Pada ayat kedua diatas, disebutkan bahwa mereka akan merasakan hukuman terhadap kejahatan pertama yang mereka lakukan. Meskipun para ahli tafsir banyak berbeda pendapat mengenai hal ini, namun yang jelas sejarah mencatat bahwa kehancuran bertubi telah terjadi terhadap mereka di masa lampau, sebagaimana yang telah disebutkan di awal tulisan ini. Ayat berikutnya, adalah good news bagi Bani Israel. “Kemudian Kami berikan kepadamu (Bani Isarel) giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantu kamu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” (17:6).
Zaman berubah. Situasi berbalik, atas kehendak Allah. Masa euphoria pun kembali. Pada ayat di atas ada tiga hal yang akan mereka miliki. Pertama, giliran untuk mengalahkan musuh-musuh mereka. Kedua, Allah membantu mereka dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan ketiga, mereka menjadi kelompok yang lebih besar. Ketiga hal tersebut kini Nampak jelas berhasil mereka raih, dan ini sekaligus merupakan karunia tersendiri bagi umat akhir zaman yang Allah taqdirkan menjadi penyaksi sejarah, bahwa nubuat quraniyah (informasi futuristic dari al quran) benar-benar terealisasi di depan mata kita. Akan tetapi, ini bukan akhir dari kisah Bani Isarel. Lagi pula tidak ada sejarahnya sebuah umat yang identik dengan perilaku kerusakan akan berakhir dengan happy ending. Ketentuan Allah terus bergulir. Meski kini kedudukan mereka semakin kokoh, dengan berdirinya Negara Israel sejak tahun 1948, namun justru menjadi isyarat masa kehancuran semakin dekat.
Ayat ke 7 menceritakan bahwa hukuman dari janji kedua (terakhir) akan Allah timpakan kepada mereka. Selengkapnya ayat tersebut adalah, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua (wa’dul akhiroh), (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam Mesjid (Al Aqsho) sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai”.
Hal yang menarik untuk dicermati adalah, ternyata perihal wa’dul akhiroh (janji terakhir) Allah jelaskan lebih konkrit pada sebuah ayat di bagian akhir surah ini. Ayat ke 104: “ …maka apabila datang wa’dul akhirah (janji terakhir) –dalam terjemahan lain diartikan: masa berbangkit - , niscaya Kami datangkan kamu (Bani Israel) dalam keadaan bercampur baur”.
Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah kini mereka telah kembali ke bumi Yerusalem dan telah pun berkumpul di sana. Meskipun sebenarnya perkara mereka berkumpul di Yerusalem bukanlah hal yang baru dalam sejarah, namun satu hal yang berbeda adalah berkumpulnya mereka di sana kini dalam situasi yang bercampur baur. Mereka pindah besar-besaran dari seluruh penjuru dunia, hingga tercatat kini jumlahnya mencapai lebih dari sepertiga populasi mereka seluruh dunia. Komposisi mereka berasal dari multi ras, multi benua, multi Negara, dari berbagai latar belakang bahasa, bahkan menurut para pakar antropolog bahwa mereka pun sebenarnya sudah tidak asli lagi memiliki keturunan Bani Israel. Artinya secara garis keturunan pun mereka sudah tercampur baur.
Mereka saat ini sedang euphoria atas keberhasilan mereka menaklukkan Palestina. Mereka mengira berdirinya Negara Israel 14 Mei 1948 silam adalah awal dari kemenangan untuk mengukir cita-cita mereka, yakni terwujudnya negara Dawud Raya, yang terbentang dari laut merah sampai sungai Eufrat, yang meliputi: Seluruh negeri Syam, Irak, sebagian Turki, utara Kuwait, dan Saudi Arabia dimana Khaibar dan Madinah Munawarah berada di dalamnya. Mereka merasa aman berbuat sekehendak hati menguasai, mengambil paksa, menjajah, dan melecehkan tanah suci Palestina. Bahkan dengan usaha sistematis mereka menginginkan kehancuran bagi lokasi suci Mesjid Al Aqsho untuk kemudian digantikan dengan Kuil Ketiga. Sebagaimana diketahui sejak tahun 1967 hingga mereka terus mengekskavasi situs mesjid Al Aqsho dengan berbagai alasan. Diperkirakan total penggalian yang mereka lakukan di bawah bangunan mesjid Al Aqsho mencapai panjang: 435 meter, dengan kedalaman mulai dari 11 m hingga 20 m dan lebar mencapai 6 m. Akibatnya, menurut perhitungan para pakar sipil, bangunan Al Aqsho menjadi sangat rentan, jika terjadi sedikit gempa tektonik yang berkekuatan sedang, maka sudah bisa meruntuhkan bangunan dari sekitar daerah posisi imam sampai ke tengah bagian makmum, bahkan tidak mustahil meruntuhkan seluruh bangunan Al Aqsho.
Mereka benar-benar merasa kuat tidak hanya karena dukungan membabi buta Negara sekelas Amerika Serikat cs, namun juga lantaran ketidakmampuan Negara-negara Arab yang notabene muslim untuk sekedar menghalangi tindak destruktif mereka tersebut. Namun euphoria hanya tinggal euphoria, manakala janji kehancuran itu akan terlaksana. Tidak ada tempat berlari utnuk berlindung. Semakin terlihat euphoria bagi kaum Yahudi, hanya kian memperjelas rentetan kezaliman mereka akan segera dikubur habis dengan datangnya wa’dul akhiroh (janji terakhir). Kapan waktunya? Tunggu saja, sungguh ia sudah dekat. **
* Penulis, MAHA SISWA COIRO EGYPT.(Ahmad sholeh)*
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Silahkan luangkan waktu anda untuk memberikan Sedikit Komentar Buat Kemajuan Blog ini.. Setetes Komentar anda sangat berarti buat saya ok tulis yaaa..